"Emang lu mau balik kapan?”
Sasuke melirik sejenak, melipat kembali potongan bajunya lantas memasukkannya ke dalam koper. “Kemungkinan lusa, nunggu kabar dari Sakura dulu.”
“Kalau misalnya si Sakura nanti malam ngabarin siap berangkat artinya besok juga lu bakalan pulang?”
“Ya makanya itu aku siap-siap dari sekarang bego.”
“Mumpung belum sah nikah ya lu til, dipuas-puasin ngomong sembarangan.”
Sasuke mendengus malas. Sedari tadi si kutil kuning itu sibuk bertanya ini dan itu tanpa membantunya berkemas sedikitpun. “Sembarangmu lah Nar.”
“Gitu aja ngambek, kayak cewe lu.”
Sasuke hanya merotasikan iris hitamnya, menutup kopernya lantas menyimpannya di samping lemari kamar. “Selama aku cuti, kau yang ambil alih perusahaan.”
Bola mata Naruto melebar. “Maksudmu gue jadi bos?!”
“Sementara ya til.”
“Ya gak masalah yang penting bisa ngebos.”
“Awas saja macam-macam dengan reputasi perusahaan.”
Naruto menyelonjorkan kedua kakinya di atas ubin. “Tenang saja, gue masih butuh asupan makanan.”
Sasuke mengangguk singkat lantas duduk di kursi kerjanya. Ia mengambil kalender duduk lantas mengamati sejenak deretan angka tersebut. “Seperti biasanya, sepuluh hari terakhir liburkan semua pegawai biar mereka fokus mencari keberkahan Ramadhan.”
Naruto mengangguk mantap. “Siap bos besar, untuk mudik apa ada larangan dari perusahaan seperti anjuran pemerintah.”
“Tidak.”
“Serius lu?!”
Sasuke meletakkan kembali kalender duduknya. “Kita sudah mengalami sendiri bagaimana tidak enaknya lebaran di tanah rantau bukan? kalau mau lagi ya khususon kau yang dilarang mudik.”
“Enak aja lu, gue juga mau pulanglah. Lagipula lu gak mau apa sohib terbaikmu ini datang ke acara akad mu.”
“Gak.”
“Kurang asem memang lu Sas.”
“Gak usah mendramatisir.” Sasuke berujar sembari menyeringai tipis. Bagaimana mungkin ia tidak menyuruh si Naruto itu datang ke acara akadnya, sementara si kutil kuning itu saksi perjuangan hidup dan cintanya. “beritahu bagian keuangan, tanggal dua puluh delapan April terakhir rekapan gaji dan THR masuk ke bank.”
“Siap.”
“Parcel sudah harus terbagi semua ditanggal tiga puluh April.”
“Siap bos, semoga berkah lancar terus rejekinya.”
Sasuke memutar kursinya. “Jangan hanya siap-siap saja, catet kek gimana gitu Nar. Awas saja lupa, THR mu nanti yang dipotong.”
“Tenang saja otakku encer kok, cuma urusan beginian mah kecil.”
“Iya saking encernya sampai luntur kemana-mana.”
Naruto mendengus keras. “Emang mulutmu itu kecut banget Sas, hati-hati nanti Sakura gak mau cipokan sama yang rasanya kecut-kecut.”
Sasuke mendelik tajam. “Gak usah ngomongin aneh-aneh ke calon isteriku ya bego.”
Naruto merotasikan iris matanya. Dulu saja jika ia menyinggung Sakura, maka Sasuke hanya diam saja dengan dalih bukan haknya. Sekarang, jika ia secuil saja menyinggung Sakura, detik itu juga mata Sasuke akan berubah menjadi laser seperti mainannya tempo kecil. Naruto bergegas keluar dari kamar Sasuke sebelum si empu mulai mengeluarkan gebukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti [✓]
RomansaPerjuangan dua insan untuk menghalalkan segala aktifitas mereka di hadapan Allah © Masashi Kishimoto