8

1.7K 263 65
                                    

"Assalamu'alaikum."

"Siapa yang nganter tadi? Pak Gaara atasanmu itu, Ino bilang tadi sore dijemput sama atasanmu, ada acara apa memangnya?"

Sakura melepas sepatunya lantas meletakkan di rak samping pintu. Irisnya berputar malas mendapati Karin yang sudah menudingnya dengan berbagai pertanyaan, benar-benar seperi ibunya di rumah. "Coba kalau ada salam itu dibales dulu."

"Ya sudah wa'alaikumsalam, sekarang jawab pertanyaanku." Karin menyingkir dari pintu masuk kontrakan guna mempersilahkan sosok berkerudung hitam masuk.

"Tadi memang dijemput sama Gaara ada acara pembagian dividen, tapi yang nganter bukan Gaara."

Karin melipat kedua tangannya di depan dada. "Siapa yang nganter? gak usah aneh-aneh ya Ra."

"Teman kok," Sakura mengeluarkan sekotak martabak telur dan martabak manis lantas meletakkan di atas meja. "kapan aku pernah aneh-aneh sih Rin."

"Martabak mang Ay nih? Tahu banget caranya nyogok orang."

"Gak nyogok yah ini, kebetulan tadi temen beli banyak jadi aku di kasih."

Kelopak mata Karin menyipit. "Yang bener nong?"

"Aku gak jenong!"

Ino menggosok piring kotor dengan kilat. Sedari tadi saraf pembaunya meronta dengan semerbak harum martabak. "Jangan berani makan duluan ya kalian!"

Sakura menggeleng pelan lantas melangkah pelan menuju kamarnya. "Aku mandi dulu, awas juga kalian jika berani mencuil martabak ku duluan."

"Tumben banget, biasanya nyuruh kita makan duluan," Karin berujar penasaran. Iris matanya sibuk menerkam segala sisi tubuh Sakura, entah kenapa semenjak sohibnya itu pulang dari Surabaya ia merasa menjadi orang bego sendiri. "martabak dari pak Gaara atasanmu ya?"

"Sembarangan ini bukan dari Gaara, martabaknya dari Sa-"

"Siapa ... Sa?" Kelopak mata Karin semakin menyipit, kali ini ia benar-benar merasa ada gelombang besar yang disembunyikan baik Ino maupun Sakura. "Santok anak pak lurah itu ya?"

"Bukanlah." Sewot Sakura.

"Ada yang baru selain Sasuke ya? Katakan siapa dia aku harus menilai harta tahtanya dulu."

"Gak usah ngelantur ya Rin."

"Sedari kemarin kemarin dan kemarinnya aku menunggu penejelasan mu mengenai cincin itu," Karin menghempaskan tubuhnya pada sofa tunggal ruang depan. "gak usah ngelak, aku tahu kamu bukan tipe orang yang gemar memakai perhiasan. Jadi katakan siapa yang melamar mu, pak Gaara?"

Tubuh Sakura berbalik cepat. "Kenapa jadi Gaara sih?!"

"Habisnya kalian cocok sih, dia kaya, cerdas, santun, anaknya imam besar, apa lagi coba?" Karin membuka kotak penutup martabak membuat bau khasnya semakin memenuhi tiap sudut kontrakan. "kalau bukan dia ya gak papa juga sih asal kamunya bahagia saja. Tapi Ra apa kabar Sasuke, kamu udah bener-bener nyerah sama dia?"

"Entahlah Rin."

"Orang mana calon suamimu?"

"Surabaya saja kok."

Karin mendesah pelan merutuki pikiran perjodohan yang melalang buana. "Aku jamin si Sasuke pasti nyesel senyesel nyeselnya pernah nolak kamu dulu. Gak papa Ra, aku yakin jodohmu pasti jauh lebih baik dari Sasuke."

"Doakan ya, aku mandi dulu."

"Buruan gak usah lama-lama Ra, godaannya sudah diujung tanduk nih." Ujar Ino yang baru sampai di ruang depan.


Arti [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang