31

3.5K 295 205
                                    

Status baru sebagai isteri orang membuat lebaran kali ini terasa begitu istimewa baginya. Meskipun sudah lewat enam hari lalu, namun semerbaknya masih terasa sampai sekarang. Apa mungkin ini efek status pengantin barunya yang setiap ketemu orang pasti di goda habis-habisan.

Gadis itu menggeleng pelan lantas kembali melanjutkan agenda mengepak potongan baju ke dalam kopernya. Rasa sedih bercampur bahagia memenuhi hatinya mengingat besok ia akan melangsungkan resepsi, kemudian menginap sehari di rumah suaminya, setelahnya langsung ke Jakarta.

Sakura menghela napas pelan, menutup resletingnya lantas menyimpannya di samping lemari bersama milik suaminya. Gadis itu beranjak ke dapur berniat membantu ibunya menyiapkan ketupat yang akan dibawa ke masjid ba’da sholat maghrib. Sandal rumahnya berbelok ke ruang depan hendak menutup pintu rumah yang terbuka, ayah dan suaminya pasti lupa nutup pas pamit ke luar tadi.

Kakinya berhenti kala suara sang ayah memasuki gendang telinganya, dengan langkah perlahan ia merapat di balik jendela.

“Yang pertama meluk putriku adalah aku, bukan kamu. Yang pertama mencium putriku adalah aku, bukan kamu. Dan yang pertama merawat putriku adalah aku bukan kamu.”

Kizashi mengucek kedua matanya yang mulai berembun. “Tapi, ayah harap kamu akan jadi orang yang nemenin putriku seumur hidup. Jangan sakiti dia apalagi perasaannya.”

Sasuke melirik diam ayah mertuanya yang bicara dengan pandangan fokus ke depan.

“Dan bila suatu hari nanti kamu tak mencintainya lagi, jangan beritahu dia,” Kizashi menoleh, menatap penuh arti sosok di sebelahnya. Hal ini sontak membuat Sasuke menegakkan duduknya sembari menahan napas. “beri tau saja ayahnya, aku akan membawanya pulang.”

Sasuke menghembuskan napasnya perlahan. Jika seberat ini, rasanya ia tak ingin mempunyai anak perempuan kemudian melepasnya bersama orang lain.

“Kamu sanggup nak?”

“Minta doanya Ayah, semoga Allah melindungi kami berdua,” Sasuke kembali membuang napasnya kasar. “aku sama sekali gak berniat misahin ayah dan Sakura, ayah dan ibu boleh menemuinya kapanpun, dimanapun kalian mau.”

“Aku ngerti,” Kizashi menyuguhkan senyum tipisnya. “meskipun kami selalu mendoakannya, sejatinya surga Sakura sudah pindah padamu, tanggung jawabku juga sudah sepenuhnya pindah di tanganmu.”

“Ayah minta tolong bimbing dia dekat sama Allah,” Kizashi mengambil toples berisi rengginang di meja yang memisahkannya dengan sang menantu. Ia membuka lantas menyodorkan toples tersebut yang mendapat gelengan dari Sasuke. “meskipun kadang dia keras kepala, cerewet, suka nangisan, ayah harap kamu bisa bersabar sama sifat aslinya.”

“Insya Allah, Ayah jangan bosen-bosen doain kami ya.”

“Tentu.”

Sementara di balik jendela, Sakura dengan sekuat tenaga menggigit punggung tangannya guna menahan isak tangis. Niat awal ke dapur ia urungkan, sendal rumahnya kembali melangkah pelan membawanya menuju tempat ternyaman, kamarnya. Meskipun surga ibunya sudah pindah ke suaminya, meskipun tanggung jawab ayahnya sudah pindah ke suaminya. Mereka berdua tetaplah menempati sudut tersendiri di dasar hatinya.

***

Sakura menatap takjub bayangannya di cermin, berkali-kali ia mengucap istighfar guna membentengi diri dari rasa sombong. Iris matanya bergulir pada ball gown gold dengan detail laces yang melekat pada tubuhnya. Hijab lebar dipadu long veil yang menjuntai hampir lima meter dengan mahkota yang tersemat di kepalanya membuatnya terlihat bak putri raja.

Ini semua murni pilihan mama mertuanya yang ingin menyelenggarakan resepsi mewah, sekali seumur hidup. Ia tahu keluarga Sasuke cukup berada, tapi bener-bener gak nyangka sampai nyewa hotel bahkan mengosongkan penghuninya khusus hari ini. Tipikal orang kaya beneran, gak pernah sesumbar sedikitpun tentang harta. Mungkinkah ini hotel milik keluarga Sasuke sendiri.

Arti [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang