HUA tiga puluh enam🍓

90.4K 10.6K 2K
                                    

Mau kasih tau ke semua pembaca, ini part terakhir yang aku update. Kalau penasaran sama kelanjutannya bisa ikut PO novelnya yg akan dibuka tgl 15-22 september.

==========================

Nara menyerahkan buku itu ke tangan ibunya. Rena-pun menyambut buku tersebut.

DEG

Jantungnya kembali terpacu, kala membaca bait pertama yang di tulis oleh putri bungsunya. Kepala Rena menggeleng pelan dengan satu punggung tangan membekap mulut.

------------------------------------

Buat yang masih jomblo kayak gue.
Hanya ada dua hal yang akan datang melamar kita, salah satunya udah pasti dan gak akan pernah bisa kita elak juga hindari.

Dia bukan manusia, bukan pula jin. Dia datang tanpa meminta izin dari kita, tanpa menerima tawaran dalam bentuk apapun. Dia akan membawa paksa jiwa kita tanpa restu dari kedua orang tua kita, menyeru kita agar meninggalkan dunia yang selalu kita kejar. Dia adalah Izrail si Malaikat maut.

Dear Kalian,
Gue harap jika suatu saat berita kematian gue kalian dengar, mohonkanlah kepada Allah ampunan buat gue.
Simpan aib gue, dan maafkan semua kesalahan gue.

Gue mohon, jangan sekali-kali do'a ataupun upload foto gue lewat sosial media kalian. Cukup do'a dari hati, meski hanya satu kali Al-Fatihah. Itu aja sudah mampu meringankan beban dosa gue.

Bilamana ada janji yang belum ditepati, hutang yang belum di lunasi. Sampaikanlah...

Semoga Allah wafatkan kita dalam keadaan Husnul Khotimah. Kematian yang di-idam-idamkan oleh setiap hamba Allah yang beriman.

Ingatlah bahwa dunia bukan tempat bersenang-senang, dunia adalah ujian. Kejar akhirat, jangan lupakan dunia.

TTD
Nacita A.S
22.25-PM

-------------------------------------

Tubuh Rena merosot bersamaan dengan air mata yang mengalir. Ia memeluk buku tebal yang hanya memiliki selembar tulisan saja. "Jangan tinggalin Mami, sayang."

"Jangan tinggalin Mami."

Tangis keduanya pecah. Nara turut terduduk, memeluk, mendekap Rena dengan Erat. "Aku mohon kembalilah dengan selamat Dek. Aku janji, apapun yang kamu mau akan aku berikan. Sekalipun harus merelakan Mas Agam buat kamu," batin Nara disela tangisnya. Ia tak sanggup jika harus kehilangan adik satu-satunya, adik yang amat ia sayangi.

Agam dan Raka masuk, kala tak sengaja mendengar suara isak tangis dari dalam kamar Cita. "Ada apa?" tanya Raka.

Tak mampu mengeluarkan banyak suara, Rena menyerahkan buku milik putri bungsunya.

Kedua tangan Raka terkepal kuat begitu membaca tulisan tangan Cita yang mengisyaratkan akan terjadi sesuatu kepadanya. Goresan tinta hitam ini juga belum lama melekat di atas kertas putih dilihat dari jam yang sengaja di cantumkan.

Raka meletakkan buku tersebut diatas lantai, mengambil alih tubuh sang istri. Jika ia ikut menangis, lantas siapa yang akan menjadi penenang untuk istrinya. "Gak akan terjadi apa-apa. Putri kita kuat, dia pasti selamat. Papi gak akan berhenti mencari keberadaan Cita."

Hi, ust Agam! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang