HUA tiga puluh lima🍓

75.6K 10.1K 650
                                    

Tak lama kemudian, perhatian mereka teralihkan oleh sebuah berita siaran langsung yang di tayangkan di stasiun tv.

Mereka memperhatikan layar berukuran 43-inch. Yang memaparkan sebuah kecelakaan tunggal ironis, mobil dengan kecepatan tinggi menabrak pembatas jembatan hingga terjun dari ketinggian sepuluh meter jatuh ke sungai dangkal dengan kedalaman lima belas meter.

Sebuah Mobil Honda City Hatcback warna merah berhasil di angkat dari sungai dengan kondisi yang sudah tidak utuh lagi, satu pintu belakang patah hilang jatuh di dasar sungai.

Agam cepat tersadar. "Pi itu mobil yang di tumpangi Cita bukan?"

"Ayo cepat kita kesana!" ajak Raka tergesah.

"Anakku!" Tubuh Rena lemas, penglihatannya mulai kabur, ia terjatuh pingsan mendapati mobil keluarganya yang dua jam lalu masih utuh kini sudah tak berbentuk lagi.

"Mami!" pekik ketiga orang itu.

Beruntung Raka sigap menangkap istrinya hingga tak sampai terkulai di atas lantai. Raka menepuk-nepuk pipi Rena, berharap bisa segara bangun. Namun wanita dua anak itu tak kunjung bangun juga.

Lantas Raka segera mengangkat tubuh sang istri di atas sofa. Raka mengusap gusar permukaan wajahnya. "Nara, kamu tolong jagain Mami. Papi sama Agam mau ke lokasi."

Nara hanya mampu membalas anggukan dengan wajah sembabnya, ia duduk di samping Rena.

Tanpa banyak kata Agam menyambar kunci mobil, bergegas ke lokasi bersama Raka. Guna memastikan jika yang kecelakaan bukanlah Cita, bisa jadi orang lain yang memiliki mobil senada dengan milik Raka yang baru dua bulan lalu di beli.

Begitu sampai di tempat, sudah banyak warga dan beberapa wartawan juga alat berat di tepi sungai yang di gunakan untuk mengangkat mobil dari dasar sungai. Dan tentunya tak mudah mengevakuasi benda tersebut.

Napas Agam dan Raka tercekat, suluruh tubuh keduanya kaku mendapati plat mobil. "Cita," lirih Agam. Hanya itu yang mampu ia keluarkan dari bibirnya.

Sedangkan Raka berlari, hendak terjun turut mencari korban namun di hadang oleh beberapa polisi.

"Bapak mau kemana?!" tanya salah satu polisi masih berusaha menahan tubuh Raka.

"Lepaskan saya!" bentaknya. "Saya ingin mencari anak saya!"

Polisi tersebut bertanya kembali. "Anda keluarga korban?"

"Saya ayah-nya. Dimana putri saya?!"

"Bapak harap tenang."

"Bagaimana saya bisa tenang jika saya tidak tahu bagaimana keadaan putri saya!" Napas Raka terengah-engah antara emosi karena di cegah dan kecewa karena tak bisa menjadi ayah yang baik untuk putrinya.

Beberapa polisi tersebut masih berusaha menenangkan pria yang mengaku bapak dari korban. Begitu dirasa sedikit tenang, satu polisi yang lain menjelaskan. "Bapak dimohon tenang dulu. Jadi begini, kami masih belum menemukan putri Bapak. Dan tim sar masih berusaha mencari korban."

"Kami hanya menemukan satu pria kisaran umur empat puluh lima tahun dengan keadaan yang sudah mengenaskan," lanjutnya.

Raka terdiam. "Pak Hadi," gumamnya. "Sekarang dimana beliau?"

"Korban di bawa ke rumah sakit terdekat."

"Pak, tolong cari putri saya sampai ketemu. Siapapun yang bisa menemukan putri saya, imbalan apapun akan saya kasih. Bahkan saya rela jika kehilangan seluruh harta saya, asal putri saya kembali." Raka tak main-main dengan ucapannya.

Pria muda itu terduduk dengan posisi kedua kaki melipat, kedua tangan di depan perut, kepalanya menunduk.

Sontak warga yang mendengar berbondong-bondong ingin turut menyusuri sungai akan tetapi aksi mereka di tahan oleh polisi.

Hi, ust Agam! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang