Guys, aku mau infoin kalau cover novel Hi, ust Agam udah rilis di instagram starlightbooks nih.
Ada give away novel Hi, ust Agam juga. Yok ikutan, siapa tau keberuntungan berpihak ke kalian.
Give away-nya di mulai tgl 26 agustus - 1 september pengumuman.
Buruan, jangan sampe ketinggalan. Asal mau gerak rejeki gak bakal kemana, kalau gak mau gerak ya gimana rejeki menghampiri.
=========================Cita menggaruk kepala yang terbalut hijab abu. Satu tangan yang bebas ia gunakan untuk membolak-balikkan kamus bahasa Arab yang menemaninya dari satu jam yang lalu.
Ia merubah posisi yang tadinya tengkurap, kini menjadi duduk. "Ampun dah, kenapa nih otak kagak nyampek."
Tak lama ia menopang dagu, matanya terpejam, sedang jari telunjuk ia ketukkan di pipi. "Arrggh. Gimana mau bisa kalau kerjaan gue begini mulu. Dikit-dikit rebahan."
Cita kembali berkutat dengan pena beserta buku-buku yang ada di hadapannya. Sendirian di tempat yang sepi adalah salah satu cara agar masa belajarnya berjalan dengan lancar, aman, dan sentosa. Itu yang di dalam fikirnya, namun kenyataannya sama saja.
"Mau saya bantu?"
Gadis yang tengah sibuk-sibuknya itu tersentak kaget begitu mendengar suara orang di sampingnya. Ia menegakkan tubuh kembali, nengok. Sebuah desahan kesal ia keluarkan kala mendapati sosok gadis berkemeja biru dengan rok hitam. "Kebiasaan ngagitin."
"Tampaknya kamu sedang kesulitan. Butuh bantuan saya?" tanyanya sekali lagi.
"Gak usah, gue bisa sendiri."
"Kamu yakin bisa sendiri?" Gadis itu jongkok guna mensejajarkan tubuhnya dengan Cita. "Belajar bahasa Arab gak sama dengan belajar bahasa Inggris. Dalam bahasa Arab kamu harus mengerti apa itu isim, apa itu dhomir, apa itu mubtada', dan masih banyak lagi yang harus di pelajari agar kamu gak salah mengartikan," lanjut Ajeng.
Melihat respon Cita yang hanya diam sembari terus mengotak-atik buku membuat Ajeng bangkit kembali dari jongkoknya. "Ya udah kalau gak perlu bantuan, saya pergi dulu."
Baru satu langkah, Cita bersuara. "Tunggu!"
Kepala Cita mendongak menatap Ajeng sayu. "Kyaknya lo emang bener. Belajar bahasa Arab bukan cuma hafalan doang." Cita meringis. "Ajarin hehe."
"Katanya bisa sendiri?" canda Ajeng.
"Ckk. Gitu doang ngambek, baru juga lima menit gue bilang gak butuh bantuan." Wajah Cita cemberut. Sebenarnya ia tadi bukan gengsi, lebih tepatnya ia tak yakin jika Ajeng memang benar-benar ikhlas ingin mengajarinya. Maka dari itu Cita menolak, daripada kecewa dikemudian hari. "Gak jadi ngajarin?"
Ajeng duduk di samping Cita, mengambil alih buku juga pulpen dan mulai menjelaskan secara rinci. Sedangkan Cita manggut-manggut. Kenapa tidak sedari tadi Ajeng datang, setidaknya waktu satu jam yang berharga tak terbuang sia-sia.
"Woaahh gila sih. Gue kira cuma hapalan doang, ternyata banyak banget teorinya," celetuk Cita seraya menatap Ajeng takjub.
Tak terasa dua puluh menit mereka bersama. Bisa dibilang rekor terlama seorang Cita duduk sejajar, bahkan belajar dengan Ajeng. Orang yang bisa dibilang paling Cita benci, bukan benci sih. Lebih tepatnya petugas keamanan yang selalu membuatnya kesal. Bagaiman tidak kesal, jika setiap bertemu akan ada hukuman yang Cita jalani.
"Gimana? Sedikit mengerti?" tanya Ajeng di akhir penjelasannya.
"Btw makasih loh Mbak. Gak nyangka ternyata Mbak Ajeng asik juga," koreksi Cita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, ust Agam! [SUDAH TERBIT]
ChickLitCERITA INI SUDAH TERBIT, TERUS SEDIA DI TOKO OREN DAN TOKOPEDIA. "Hi, ustad Agam," sapa Cita kala matanya menangkap sosok Agam turun dari serambi masjid. Agam-pun menjawab dengan nada biasa. "Bukankah Rasulullah mengajarkan kita untuk mengucap sal...