HUA dua🍓

113K 13.7K 1.3K
                                    

"MAMIII, PAPIII. I'M COMING. CITA YANG CANTIK JELITA TIADA TARA PULANG KAMPUNG!" teriak Cita sembari berjalan menghampiri kedua orang tua yang di lihat tengah asik bercengkrama dengan sebuah laptop di atas meja.

Rena melirik sang anak yang sudah berdiri tegap di depannya. "Mami kemarin bilang apa?"

Kepala Cita sedikit mendongak, menatap jam dinding. "Emang kemarin Mami ngomong apa?"

Tangan Rena terangkat, memijit bagian kepala yang tiba-tiba berdenyut. "Anak kamu gini amat Raka."

Raka menghentikan aktivitasnya, menatap sang istri. "Loh, kok aku."

"Iya lah kamu, siapa lagi-"

"Bentar-bentar!" potong Cita.

Tak lama kaki jenjangnya saling beradu dengan kecepatan di atas rata-rata. Otaknya mengingat sesuatu, tentunya itu sudah pasti sangat berharga baginya.

"Kenapa lagi tuh anak," gumam Rena di hadiahi senyuman sang suami.

Badan Cita membungkuk dengan kedua tangan berada di lutut sebagai penyangga, napasnya kembang-kempis karena berlari segitu cepatnya. Tak lama bola mata bulat itu menelisik sekitar, sudut bibirnya melengkung ketika melihat si Satria masih aman di tempat.

Setidaknya Cita masih bisa bernapas lega untuk hari ini. Gadis itu melangkah menghampiri Satria kesayangannya. Mengusap dan menepuk-nepuk sayang. "Untung gak bener-bener di lelang lu Sat. Kalau iya, pingsan beneran gue."

"Enak aja main lelang Satria, di bandrol seratus ribu lagi. Emang si Mami gak perasaan sama Satria."

"Lo tenang aja Sat, gue gak akan biarin Mami misahin kita berdua. Gue udah sayang banget sama lo, dan lo harus janji gak akan ninggalin gue."

Jika kalian berpikir Satria manusia ataupun hewan peliharaan tentunya salah besar. Satria adalah nama untuk kendaraan roda dua milik Nacita Arya Salika yaitu Honda C70 warna biru.

Sebenarnya itu milik Opa Satriyo yang di berikan kepada Cita empat tahun yang lalu, tepatnya ketika gadis itu sudah mahir mengendarai motor.

Tiba-tiba senyum Cita semakin mengembang ketika mengingat kejadian memalukan membawa berkah beberpa jam lalu. "Ustad Agam. Kira-kira nama panjangnya siapa ya? Ah elah lagian pelit amat, tinggal kasih tau nama panjang aja gak mau," grutu Cita.

Kedua tangan Cita memegang kepala. "AAAAAAA.... BISA GILA GUE MIKIRIN USTAD AGAM!" teriaknya lantang.

"Adek kenapa?" tanya Raka khawatir.

Ada Rena yang baru sampai di belakang. "Kamu kenapa Cita?"

Cita cengo. "Cita kenapa emang?" bukanya menjawab justru ia bingung sendiri.

"Udah Mami duga. Nyesel Mami khawatir sama kamu," sergah Rena kesal.

"Gak boleh gitu Mi," tegur Raka. "Kamu tadi kenapa teriak?" tanya Raka kembali.

"Ohh, jadi karena itu." Cita tertawa terbahak-bahak.

"Udah Mami bilang kan Pi, Cita emang gak ada akhlak. Habis bikin orang tua khawatir dia malah ketawa, durhaka kamu Cita," omel Rena.

Gadis itu menghampiri dan memeluk sang Mami dari samping, lantas perbuatan spontan Cita mendapat tatapan aneh dari Rena. "Kamu gak kesurupan kan Dek?" tanya Rena.

"Enggak lah, Cita lagi senang." Cita menciumi pipi Rena. "Makasih Mami, Cita mau ke kamar dulu," pamitnya kemudian beralih mencium Raka. "Good night Papi. Daahh."

"Kok Papi jadi takut Mi, kenapa semakin aneh," lirih Raka menatap punggung putrinya.

"Sama Pi."

🍀🍓🍀

Hi, ust Agam! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang