Hari ini adalah hari dimana tinggal beberapa jam lagi Houl Majemuk dan Akhirusanah Pondok Pesantren At-Ta'aruf.
Tenda megah sudah berdiri di tengah lapangan sekolah Madrasah Aliyah At-Ta'aruf. Pagar besi yang dijadikan pembatas antara siswa dan siswi sudah dibuka. Karpet merah pun juga turut serta dalam mempercantik acara ini. Nuansa green white adalah tema utamanya.
Di acara ini baik santriwan maupun santri wati dikumpulkan menjadi satu. Tentunya ada jarak satu meter sebagai jalan juga pembatas pembeda antara laki-laki dengan perempuan.
Seluruh santri sudah tampak rapi terlebih mereka yang akan berpisah. Ini adalah buah yang di petik dari usaha keras yang mereka lalui selama ini. Wajah-wajah bahagia dan bangga turut menghiasi seluruh orang tua.
Mungkin di antara ribuan orang ini hanya satu orang yang hatinya gelisah, sakit, hancur. Dahulu ia sangat ambisi untuk menjadi yang terbaik namun sekarang ia sudah tak peduli lagi.
Gadis itu mengenakan dress muslim soft green dengan renda di bagian dada hingga lengan juga ada helaian kain tile di kedua sisi bahu yang memberi aksen karakter tersendiri. Sedangkan untuk hijab, hanya memakai pasmina warna senada dengan gaya berlayer memberi kesan playful tapi tetap manis untuk suasana formal.
Meski sederhana yang di kenakan, justru membuat ia semakin terlihat elegan dan dewasa. Namun sayang, wajah lesu terlalu mendominasi.
Bagaimana tidak! Satu-satunya laki-laki yang mampu menarik perhatiannya, mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik lagi, laki-laki yang pernah menjadi mimpi untuk menjadi imam di sholatnya nanti, ternyata jodoh kembarannya sendiri.
Sakitnya menembus jantung, membelah hati menjadi kepingan koral. Apakah ia sanggup menerima ini semua? Laki-laki yang dianggap spesial sebentar lagi akan menyandang status kakak ipar.
Dan bukan tidak mungkin lagi mereka berdua akan tinggal serumah dengannya yang otomatis memaksanya untuk menyaksikan rumah tangga kembarannya dengan laki-laki yang sampai saat ini masih setia singgah di hatinya. Membayangkan saja sudah membuat hati Cita sesak, nyaris tak bisa bernapas.
Cita duduk di tempat yang sudah di sediakan. Masih terlalu sepi. Gadis itu hanya diam menatap nanar tulisan yang tertera diatas panggung tanpa membaca.
Tak sengaja ekor matanya menangkap sosok saudari kembarnya. Gadis itu tampak memukau dengan dress rempel tile serba putih. Hijab syar'i dengan aksen mahkota kecil serta waltz veil yang panjangnya sampai betis. Sangat terpancar aura calon pengantinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, ust Agam! [SUDAH TERBIT]
Literatura KobiecaCERITA INI SUDAH TERBIT, TERUS SEDIA DI TOKO OREN DAN TOKOPEDIA. "Hi, ustad Agam," sapa Cita kala matanya menangkap sosok Agam turun dari serambi masjid. Agam-pun menjawab dengan nada biasa. "Bukankah Rasulullah mengajarkan kita untuk mengucap sal...