Blooming Flower

Part 27

🌼 Blooming Flower 🌼

'Ketakutan terbesar datang saat seseorang yang dianggap sebagai tempat untuk berpulang tiba tiba menjadi asing dan tak memberi ruang'

—BTS - Film Out—

Don't forget to click the vote Button! Skip [18+]

📍Universitas Yonsei

Setelah menyelesaikan kelas pertama, nayeon berencana pergi ke kantin untuk menyantap bekal makanan yang sudah dibawanya. Namun pikiran itu harus pupus sesaat setelah suara notifikasi pesan tiba tiba menggema di ponselnya.

Kim Taehyung.

Mengirimnya sebuah pesan suara yang berderet banyak dari atas sampai bawah. Nayeon tak menunggu waktu lama untuk menghidupkan pesan tersebut dan membawa ponselnya ke dekat telinga.

'Nayeon ada beberapa hal yang tak bisa kuberitahu padamu secara langsung,'

'Jadi aku mengirim pesan suara ini'

'Kamu pasti sudah tahu bahwa aku hanya ingin memaksa Jungkook untuk bersuara'

'Membuatnya lebih dewasa dan memberi pelajaran agar dia bisa lebih menghargai hati dan perasaanmu'

'Karena aku sudah tak ada cara lain untuk membantu hubunganmu dan Jungkook'

'Maaf jika hal yang aku lakukan selama ini membuatmu menjadi tak nyaman dan merasa canggung'

'Meski itu hanya sandiwara, tapi aku tulus memperhatikanmu dengan sepenuh hatiku'

'Hari ini....'

'Aku memutuskan pergi ke Taiwan dan tak akan pulang dalam waktu dekat"

'Sekali lagi maaf jika kabar ini mengejutkanmu secara tiba tiba'

Nayeon langsung mematikan ponselnya saat pesan suara yang diberikan oleh taehyung sudah habis terputar, ia membalikkan tubuhnya dan berlari keluar gedung untuk mendatangi atap kampus yang bisa menunjukkan letak pesawat terbang.

Sampai di tempat tersebut, nayeon langsung mengedarkan pandangan ke arah langit yang cerah. Matanya melebar saat sebuah pesawat berwarna putih dan biru melintas dengan waktu yang tepat dihadapannya.

"Kim Taehyung!!!!!"

"Sampai jumpa!!!!!"

"Hati hati!!!!!"

Nafas memburu cepat di dada nayeon setelah dia berteriak memanggil nama taehyung yang pasti tak bisa mendengarnya. Yeoja itu menatap sang langit dengan mata berkaca dan penuh kesedihan, seolah teriakan yang diucapkannya tak cukup untuk mereda perasaan khawatir yang terlanjur besar.