SEBAGIAN PART AKAN DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA.
Absen jam berapa kalian baca cerita ini vren?
Kangen aku nggak?
Udah aku ingetin untuk nabung ya vren, nanti nyesel loh.
"Punya muka lo datang ke sekolah?"
Baru saja masuk ke dalam ruang kelas wajah Kara sudah dilempari bulatan kertas. kara menatap datar bulatan kertas yang sudah tergeletak di lantai itu sebelum pandangannya naik ke arah sang pelempar.
Kara menatap Triska tajam, ia maju ke depan meja gadis itu.
"Apa maksud lo?"
Triska tersenyum miring. "Pelakunya itu lo." Gadis itu menjeda kalimatnya.
"Lo hampir ngebunuh saudara tiri lo sendiri—"
Kara menendang keras kaki meja Triska, membuat Triska langsung terdiam. "Jangan cuma gara-gara cctv gak ngejangkau sampe ujung koridor jadi gue bisa seenaknya di tuduh kayak gini."
"Sampai gue bisa buktiin gue gak salah, siap-siap gue telanjangin lo di tengah lapangan."
Triska terdiam sejenak mendengar ancaman Kara, gadis itu menggertakkan gerahamnya sebelum akhirnya mendengus geli. "Cari sampai lo dapat, Kar."
"Gak ada yang bisa lo buktiin, karena emang lo pelakunya," ucap Triska dengan penuh keyakinan.
"Bukan gue bajingan!"
Sebuah tawa geli terdengar di telinga Kara, ia segera menoleh ke sumber suara.
"Maling mana ada mau ngaku."
Prima duduk di antara Geo dan Deo.
"Prim!" tegur Deo tak menyangka kalimat itu kekuar dari mulut Prima.
"Apa?" balas Prima sinis.
Kara berjalan mendekat ke arah tiga sahabatnya, masih dengan tas ransel di punggungnya.
"Prim? Lo gak percaya sama gue?" tanya Kara mengerutkan dahinya.
Prima menatap sinis ke arah Kara. "Ada saksi Mata. Kenapa lo gak mau jujur?"
"Prim—"
Prima berdiri dari kursi lalu berjalan ke hadapan Kara. "Ini sulit, tapi luka harus dibayar dengan luka, Kar."
Jantung Kara mencelos, sahabat perempuan satu-satunya yang ia punya bahkan tak percaya padanya. Prima menambrak bahu Kara lalu berjalan keluar kelas.
"Prim!" panggil Deo, ia bangkit dari kursi berniat menyusul Prima namun tangan Kara spontan menahan tangan laki-laki itu.
Gadis itu menatap Geo dan Deo secara bergantian.
"Kalian juga gak percaya sama gue?"
Keduanya terdiam sejenak, dengan gerakan pelan Deo melepaskan pegangan Kara dari lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction"𝚂𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚍𝚞𝚔𝚊." -𝒜𝓂𝑒𝓎𝓈𝒾𝒶𝒶, 𝟢𝟢.𝟢𝟢 "Tolong jemput gue, Ka," pinta gadis itu. "Gak bisa, gue mau jemput Nilam." Jawaban dari seberang sana. "Berarti gue boleh minta jemput Sekala?" tanya gadis...