Jangan lupa promosiin cerita ini di sosial media kamu vreen.
Ya kali vreen, kamu baca doang tapi gak follow aku 😭😭😭
Perbedaan buku ori dan buku bajakan 00.00
👇👇
Absen jam berapa kamu baca cerita ini.
Silahkan baca ulang part sebelumnya.
•••••••
Prima berjalan sembari mengangkat ranselnya yang penuh dengan baju-baju miliknya. Satu tangannya membawa koper berukuran sedang yang berisikan barang-barang lain miliknya.
Gadis itu berjalan mengekori kedua orang tuanya yang berjalan sekitar satu meter di depannya.
“Prima!” Panggilan seseorang membuat langkah gadis itu terhenti, pun dengan kedua orang tuanya.
Prima menoleh ke belakang dan mendapati Geo berdiri sejauh beberapa meter darinya. Prima kemudian menoleh ke orang tuanya dan menyuruh mereka untuk pergi terlebih dahulu.
“Iya, aku nyusul,” ucap Prima ke kedua orang tuanya lalu segera berjalan mendekat ke arah Geo.
“Kok lo ada di sini, Ge?” tanya gadis itu saat sampai di hadapan Geo.
Geo menghela napas pelan. “Ya nganter lo lah.”
Prima tersenyum tipis, gadis itu kemudian mengedarkan pandangannya ke sekeliling bandara.
“Abang lo mana?” tanya gadis itu.
Geo terdiam sejenak lalu mengedikkan bahunya. “Katanya mau ikut nganter lo, tapi gak tau, gak bisa gue hubungi.”
Prima terdiam sejenak lalu mengangguk paham. “Ohhh.”
Senyum tipis kemudian terbit di wajah cantiknya itu. “Abang lo masih marah kayaknya sama gue,” lanjutnya.
“Mungkin,” balas Geo singkat, ia segera mengambil alih koper yang di bawa Prima, lalu menyeretnya.
Prima akhirnya mengekor di belakang Geo, gadis itu berjalan sambil menundukkan kepalanya.
Bruk!
“Aw!” Prima mengelus dahinya yang tertabrak punggung Geo yang tiba-tiba berhenti karena ada anak kecil yang tiba-tiba berlari dan memotong jalannya.
“Kalau mau berhenti bilang-bilang dong!” protes Prima dan langsung mendapat balasan dari Geo.
“Eluu, jalan pake mata.”
Prima mendecak kesal dan kembali mengekori Geo ketika laki-laki itu kembali mulai berjalan.
Setelah lumayan lama berjalan, Geo menoleh ke belakang melihat Prima, laki-laki itu tersenyum tipis. “Sedih banget kayaknya gak dianter ama abang gue.”
“Biasa aja tuh,” balas Prima langsung.
“Terus napa tuh bibir monyong-monyong?”
Masih sambil berjalan Prima mengerutkan dahinya, tangannya kemudian naik memegang bibirnya. “Emang iya?”
Geo merotasikan bola matanya dan terus berjalan di depan Prima. Sementara Prima sendiri melanjutkan jalan sambil terus menunduk, seperti orang yang tidak memiliki semangat hidup.
Bruk!
Untuk kedua kalinya gadis itu menabrak punggung Geo.
Decak kesal langsung keluar dari mulutnya. “Lo butuh gue ajarin jal-“
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
أدب المراهقين"𝚂𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚍𝚞𝚔𝚊." -𝒜𝓂𝑒𝓎𝓈𝒾𝒶𝒶, 𝟢𝟢.𝟢𝟢 "Tolong jemput gue, Ka," pinta gadis itu. "Gak bisa, gue mau jemput Nilam." Jawaban dari seberang sana. "Berarti gue boleh minta jemput Sekala?" tanya gadis...