Part 17.00 ada di postingan ig : @aameyliafalensia
Absen jam berapa kamu baca part ini vren?
Di wp bakal sampe end, tapi tentu saja end di wp dan novel berbeda jauh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kara menarik tangannya dari bibir Naka, ia kembali menurunkan lengan hoodie-nya membuat luka gores ditangannya kembali tertutup.
"Ga usah peduliin gue lagi, Ka," ucap Kara pelan.
Naka menatap lama wajah Kara yang tertunduk itu sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Aku juga kalau bisa maunya gitu, tapi ternyata gak bisa, Kar."
Kara menggeleng pelan. "Itu omong kosong, Ka." Wajahnya perlahan naik menatap wajah Naka yang berdiri di hadapannya.
Mata Naka membulat lebar begitu menyadari darah di kerah leher seragam Kara, Naka mendekat mempertipis jarak di antara keduanya.
Bolongan kecil penuh darah di daun telinga Kara membuat rahang Naka mengeras. Tangan Naka naik memegang leher Kara, namun langsung ditepis gadis itu. "Telinga kamu...." Kalimat Naka menggantung begitu saja.
"Gak usah sok khawatir." Mata Kara memburam.
"Mereka apain telinga kamu, Kar?" tanya Naka pelan, mata laki-laki itu memanas.
Perlahan air mata Kara luruh begitu saja di pipinya. "Dibolongin pake push pin. Kenapa?"
"Lo peduli?"
"Kara-"
Seseorang yang baru saja berdiri di depan pintu UKS membuat percakapan keduanya berhenti, Kara dan Naka sama-sama menoleh ke arah pontu yang terbuka menampilkan sosok Aslan.
Kara bertatapan beberapa detik dengan Aslan sebelum akhirnya membuang muka ke arah lain.
"Kenapa lo gak pernah ngomong kalau lo dibully di kelas?" tanya Aslan sambil berjalan mendekat ke arah bankar tempat Kara duduk.
Kara diam tak menjawab.
"Kenapa lo gak pernah ngomong ke gue kalau lo difitnah udah ngehancurin kelas?" tanya Aslan lagi, tangannya naik menggapai dagu Kara agar menoleh ke arahnya.
Kara menatap tajam mata Aslan dengam mata sembabnya. "Emang kalau gue ngomong lo bakal percaya?" tanya gadis itu.
Aslan terdiam.
Kara menggelengkan kepalanya pelan. "Lo gak bakal percaya sama gue."
"Bahkan di saat gue udah kayak orang gila bilang kalau gue gak salah, lo juga gak bakal percaya." Air mata Kara kembali mengalir, sangat susah menahan sesak di dadanya.
Kara memukul pelan tubuh Aslan, berulang kali.
"Apasih salah gue, hah?" tanya gadis itu dengan tatapan menyakitkan.