"Ngapain lo ke sini?" Kara bersedekap dada sambil menyandarkan bahunya di sisi pintu.
Gadis itu saat ini sedang berdiri di depan rumah sambil menatap malas laki-laki di hadapannya.
"Lo gak ngangkat panggilan gue."
"Ngapain telpon gue? Nilam kosong tuh di dalem," balas Kara, dagunya menunjuk ke dalam rumah.
Naka menghela napas berat mendengar perkataan gadis itu.
Laki-laki itu diam beberapa detik menatap mata Kara sebelum akhirnya menyodorkan sebuah boneka yang sedari tadi ia sembunyikan di balik tubuhnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Buat lo."
Pupil mata Kara melebar melihat boneka yang disodorkan Naka, namun gadis itu segera mengontrol ekspresinya. Dirinya kembali menatap dingin laki-laki di hadapannya itu.
"Lo pikir dengan lo ngasih boneka ginian gue bakal maafin lo?" tanya Kara.
"Iya," balas Naka disertai anggukan percaya diri.
Kara terdiam mendengar balasan Naka, matanya kembali melirik ke arah boneka di tangan laki-laki itu, boneka yang sudah sangat lama ia inginkan. Boneka Boba.
'Lucu.' batinnya.
Itu batin Naka, bibirnya tertarik ke samping melihat ekspresi menggemaskan milik Kara.
Melihat mata Kara yang berbinar melirik ke boneka di tangannya membuat perasaannya senang.
"Namanya Babo," ucap Naka memperkenalkan membuat Kara kembali menatapnya. Alis gadis itu naik sebelah.
Tangan Kara perlahan dengan ragu menerima boneka itu dari Naka.
"Babo?"
"Iya, ini Babo ...." Tangan Naka terulur mencubit boneka di tangan Kara.
"Dan ini babu." Tangannya beralih naik ke atas wajah Kara, mencubit pelan hidung gadis itu.
"Ish—"
Suara dering ponsel Naka membuat percakapan keduanya terhenti. Laki-laki itu dengan segera mengambil ponsel dari balik jaket kulitnya, ia melihat nama pemanggil sebelum akhirnya melirik ke arah Kara.
"Siapa?" tanya Kara mau tak mau, karena kepo.
Tanpa menjawab Naka langsung menerima panggilan dan menempelkan ponsel miliknya ke telingan Kara.
"Siapa sih?!" tanya gadis itu namun tetap tak di jawab Naka.
"Siapa—"
'Assalamu'alaikum, sayang.'
Mata Kara membulat lalu akhirnya memukul lengan Naka menggunakan boneka di tangannya. Untung saja kata-kata kebun binatang belum keluar dari mulutnya
"Wa'alakumussalam, Bunda," balas gadis itu berusaha terdengar ceria. Ia kemudian mengambil alih ponsel itu dari tangan Naka.