01.30

1.3M 130K 43.7K
                                    

"Aku gak sejenius itu untuk menuhin ekspektasi Papa dan Mama yang setinggi Langit itu."

Beberapa buku cetak tebal milik Lengkara tergeletak hancur begitu saja di atas lantai dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa buku cetak tebal milik Lengkara tergeletak hancur begitu saja di atas lantai dapur.

"KAMU GILA, KARA!" Bentakan kasar itu keluar begitu saja dari mulut Nina, Mama Lengkara.

"Mau ditaruh di mana muka Mama kalau berhadapan sama Papa kamu!" Nina mendekat ke arah Lengkara yang sudah tertunduk di sudut ruangan.

"Nilai kayak gini gimana mau dipamerin ke papa kamu!" Nina menyodorkan kertas ulangan fisika bertuliskan nilai 80 dengan keterangan lulus itu ke Lengkara lalu menggosokkannya kasar ke wajah gadis itu.

"Kamu mau kita diinjak-injak sama keluarga baru papa kamu itu!"

Nina merobek-robek kertas ulangan itu. "Mama susah-susah nyariin guru les yang bagus buat kamu! Nilai kamu yang ada bukannya naik malah anjlok kayak gini!" Lalu melemparkannya ke wajah Lengkara.

Nina berjalan mendekat ke arah meja makan lalu menopang tubuhnya menggunakan kedua tangan di meja persegi panjang itu, membelakangi Lengkara.

"Kenapa anak mama bukan Nilam aja!" Ucapan Nina membuat jantung Kara mencelos.

"Kenapa harus kamu?" Ia kembali membalikkan tubuhnya dan bertatapan langsung dengan anaknya perempuannya itu. Lengkara menatap balik mata Nina dengan tatapan tak kalah tajam.

"KENAPA BUKAN NILAM!?" teriak orang tua itu, ttanganya dengan entengnya mengambil piring kaca dari atas meja lalu melemparkannya langsung ke arah Lengkara.

Prang!

Piring itu meleset dan hancur begitu mengenai dinding di belakang tubuh Lengkara.

"NILAM! NILAM! NILAM!" teriak Kara muak.

"KENAPA HARUS NILAM?!" tanya gadis itu tak terima. Ia hanya merasa tidak pantas diperlakukan seperti ini, seperti seonggok daging yang tidak memiliki harga di hadapan siapapun.

"GAK DI SEKOLAH, GAK DI RUMAH, SEMUA BAHAS NILAM! SEMUA PILIH NILAM!" Bentakan Kara membuat Nina terdiam seribu bahasa.

Kara kembali mengingat bagaimana Naka memperlakukan Nilam layaknya seorang ratu, bagaimana papanya sangat menjaga seorang Nilam, dan bagaimana mamanya sangat mendambakan seorang Nilam.

"KARA KAPAN, MA? KARA KAPAN DAPETIN SEMUA PERHATIAN DAN KASIH SAYANG KALIAN?! APA IYA YANG SELAMA INI KARA LAKUKAN BELUM BISA MUASIN SELURUH EKSPEKTASI MAMA DAN PAPA?!" ucap gadis itu frustasi.

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang