100K folls aku bakalan langsung upload 00.00 lengkap saat itu juga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Absen jam berapa kamu baca part ini?
Nabung yaa vren.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam ini terasa lebih dingin dibanding malam-malam biasanya, Aslan terlihat berjalan sendirian melewati lorong-lorong rumah sakit tempat Nina-ibunya dirawat.
Aslan mengetuk pintu sekali sebelum masuk ke dalam bangsal tempat Nina berada. Di dalam sana, Nina dengan secangkir susu hangat duduk di atas kasur.
"Ma, ini Aslan." Senyum wanita itu merekah kala melihat kedatangan putranya.
Aslan berjalan mendekat ke arah ibunya lalu memeluknya singkat.
"Kamu kok baru dateng lagi sih?" tanya Nina.
Senyum tipis tersemat di wajah Aslan. "Aslan akhir-akhir ini sibuk, Ma. Bentar lagi kan udah mau lanjut kuliah."
Nina mengangguk mengerti. "Kamu udah kepikiran mau lanjut dimana?"
Senyum yang sedari tersemat di wajah Aslan perlahan menghilang begitu saja. "Udah, Ma."
Nina bisa melihat perubahan raut wajah anaknya itu, tangan Nina terulur menarik Aslan agar duduk di sebelahnya.
"Kamu bakalan masuk di universitas usulan Papa kamu, kan?"
Aslan mengangguk pelan. "Iya."
"Bagus." Nina memeluk tubuh tegap anaknya itu.
"Kamu gak usah bantah perkataan Papa kamu ya? Sekarang dia satu-satunya yang bisa kita andalkan." Nina mengusap pelan punggung Aslan.
"Kalau kamu udah sukses, kamu bebas ngelakuin apa yang kamu mau sayang. Sekarang cukup ikutin semua apa yang Papa kamu mau."
Perasaan sesak kembali memenuhi diri Aslan. Laki-laki itu melepaskan diri dari pelukan Nina, ia memegang pundak ibunya itu sembari menatapnya dengan tatapan terluka.
"Aslan butuh bantuan Mama."
Nina menaikkan sebelah alisnya, tak paham dengan apa yang saat ini Aslan bahas. "Bantuan apa?"