Jangan galak-galak vren, aku takut.
Absen jam breapa kalian baca part ini.
Yakali komen next doang tapi gak follow.
Jangan lupa nabung untuk po, antara bulan juni atau nggak july yaaa.
Disini ada readers cowo? Coba acung😗
Yang readers cewe disini😗
•••••
Kara membuka matanya perlahan, cahaya temaram dari lampu tidur di atas nakas membuatnya mengernyit pelan.
Bisa ia rasakan sebuah kain lembab yang sudah mendingin berada di dahinya, mata gadis itu melirik ke arah jam dinding di sudut ruangan. Pukul 2 malam.
Aslan terlihat tertidur duduk di kursi yang berada tepat di sebelah ranjang. Pandangan mata Kara turun ke tangannya yang terasa hangat, tangan miliknya itu sedang digenggam oleh tangan besar milik laki-laki itu.
Kara berniat menarik tangannya, namun gerakan kecilnya itu langsung membuat Aslan terjaga dan langsung membuka matanya. Pandangan keduanya bertemu begitu saja.
Keheningan menyapa keduanya sebelum akhirnya Aslan berbicara.
"Butuh sesuatu?" tanya laki-laki itu pelan dengan suara seraknya.
"Kenapa lo bawa balik gue ke sini?" tanya Kara, seketika perasaan sesak kembali menyapa Aslan.
Tangan laki-laki itu naik mengusap puncak kepala Kara, namun gadis itu langsung menepisnya dan menjauhkan diri dari Aslan.
Kara dengan segera turun dari atas kasur, Aslan menahan lengan gadis itu. "Lo mau kemana Kar?"
Kara menghempas tangan Aslan dari lengannya. "Gue mau kemanapun gak ada urusannya sama lo," jawab Kara, gadis itu segera berjalan menuju pintu.
Aslan menyusul dan langsung menarik Kara dalam dekapannya.
"Kara."
"Lepasin gue, Kak!" Kara memukul dada laki-laki itu.
Namun Aslan makin mengeratkan pelukannya.
"Kar-""Gue benci ama lo, Kak," potong gadis itu.
Napas Aslan terasa makin berat. "Lo boleh benci ama gue Kar."
"Tapi jangan pernah tinggalin gue."
•••
"Makasih, Bi," ucap Kara kepada asisten rumah tangga yang membawakan Babo dari kamar Aslan.
Setelah berdebat hebat dengan Aslan, Kara memilih untuk tidak satu kamar lagi dengan laki-laki itu.
Ia memanggil pekerja di rumah itu dan meminta mereka untuk memindahkan semua barang-barangnya dari kamar Aslan ke kamar kosong di lantai satu.
Kamar tamu yang tak pernah terpakai kini menjadi kamar pribadinya.
Ia segera mengunci pintu kamar dari dalam, lalu berjalan menuju arah kasur dan duduk di sana.
Jari-jemarinya naik mengusap nakas kayu yang penuh debu itu, dirinya menghela napas pelan.
Ia menatap boneka boba di tangannya, perasaan sesak seketika kembali muncul. Namun kali ini sudah tak ada tangisan, sepertinya fase air mata kering benar-benar ia alami saat ini.
Walau dirinya sangat hancur, air mata itu tak lagi menemani kesedihannya.
Ia perlahan memasukkan boneka itu ke dalam pelukannya, aroma Naka sangat jelas di sana. Kara dapat menebak sebelum Naka memberinya boneka itu, pasti laki-laki itu sudah terlebih dahulu melumuri boneka itu menggunakam parfum miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction"𝚂𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚍𝚞𝚔𝚊." -𝒜𝓂𝑒𝓎𝓈𝒾𝒶𝒶, 𝟢𝟢.𝟢𝟢 "Tolong jemput gue, Ka," pinta gadis itu. "Gak bisa, gue mau jemput Nilam." Jawaban dari seberang sana. "Berarti gue boleh minta jemput Sekala?" tanya gadis...