SEBAGIAN PART AKAN DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA.
Hai Vren ❤
Absen jam berapa kalian baca cerita ini?
Kara terbatuk hebat saat para gadis itu mencekokinya dengan air perasan pel, setelah ember perasan itu dijauhkan dari mulutnya, ia dengan segera memuntahkan seluruh air kotor yang sempat masuk ke dalam mulut.
"Uhuk! Uhuk!" Bau busuk tercium menyengat di hidung Kara, gadis itu benar-benar mual.
Tawa senang terdengar memenuhi ruangan itu, Kara dapat melihat Triska dan yang lainnya tergelak hebat. Triska menundukkan badannya, menyetarakan tingginya dengan Kara yang saat ini tengah duduk di atas kursi, kedua tangan Triska terulur menangkup wajah Kara.
"Jangan bosen-bosen datang ke sekolah ya, Kar," ucap Triska sambil memamerkan senyum miringnya.
Kara hanya diam dengan mata memerah, ia menatap datar wajah para gadis keji itu. Rasa mual masih mendominasi dirinya.
Setelah puas merundung Kara mereka semua akhirnya satu-persatu berjalan meninggalkan kelas, berhubung hari sebentar lagi gelap, menyisakan Kara sendirian di dalam sana dalam keadaan tangan terikat.
Kara mendecak kesal sebelum akhirnya menghela napas panjanh, orang-orang itu tak melepaskan ikatan tali di tangannya.
Kalau ia tak memberi effort lebih untuk melepaskan diri, sepertinya ia akan berada semalaman di ruang kelas ini. Setelah lama bergelut dengan tali-temali itu, Kara akhirnya bisa melepaskan diri.
Kara berdiri dari kursi tempatnya diikat, kakinya perlahan melangkahi ember pel yang tergeletak begitu saja di atas lantai.
Gadis itu terdiam sejenak, ia menatap buku catatannya yang sudah tak berbentuk lagi di atas lantai. Mata gadis itu memanas, semua ini benar-benar sulit dilewati sendiri.
Langit merah keunguan di luar jendela kelas membuat perhatian gadis itu teralihkan, matanya terangkat naik menatap langit itu. Ia tak lagi memirkan bau busuk menyengat dari perasan air pel yang melekat di tubuhnya, ia hanya fokus menatap Langit indah itu.
Gadis itu mengisi rongga paru-parunya yang terasa kosong. Kalau kara bisa minta, ia ingin minta ke Tuhan supaya dirinya dijadikan langit saja, terlalu sulit jadi manusia.
Ia ingin menjadi benda mati yang sudah memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing tanpa harus pusing memikirkan ini dan itu, manusia terlalu rumit menurutnya, terlalu banyak mau, terlalu mencampuri, terlalu jahat, dan tak punya hati dalam arti tersirat.
Kara menghela napas pelan, beberapa hari setelah kejadian Nilam menjatuhkan diri, tidak ada apapun yang berubah di dunia ini, kecuali kehidupan Kara.
Tak ada lagi yang bisa ia percaya, sahabat, orang tua, bahkan kakaknya sendiri pun tak bisa ia percayai.
Dan Naka, tak ada kabar apapun yang sampai di telinga gadis itu tentang laki-laki itu, Naka seperti menghilang begitu saja di telan bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction"𝚂𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚍𝚞𝚔𝚊." -𝒜𝓂𝑒𝓎𝓈𝒾𝒶𝒶, 𝟢𝟢.𝟢𝟢 "Tolong jemput gue, Ka," pinta gadis itu. "Gak bisa, gue mau jemput Nilam." Jawaban dari seberang sana. "Berarti gue boleh minta jemput Sekala?" tanya gadis...