Hai, Vren!
Absen jam berapa kamu baca part ini?
Yakali vren nyuruh next doang tapi kagak follow 😭 kalau belom verifikasi akun gapapa kok, tapi kalau nanti udah langsung follow yaa vren.
•••••••••••••••••••••••••••
Come on, Vren.
Datang, bergabung dengan luka, dan rasakan sakitnya.
Kepala Lengkara dibenturkan untuk yang kesekian kalinya di atas meja, entah berapa kali benturan intinya kepalanya sangat sakit sekarang.
Apakah gadis-gadis di hadapannya ini belum puas? Padahal dua hari yang lalu mereka sudah menceburkan Lengkara ke kolam ikan di taman sekolah, mereka juga sudah mendorong Lengkara dari atas tangga.
Apakah mereka belum puas hingga harus menyiksa juga hari ini?
Tawa senang bisa tertangkap di indera pendengaran Lengkara. Pandangan mata Lengkara naik melihat para gadis-gadis itu tergelak hebat setelah berhasil membuat kepala Lengkara bocor.
Darah terlihat mengalir turun di leher Lengkara, itu terasa begitu mengganggu. Ia ingin mengelapnya segera, namun kedua tangannya terikat kuat di belakang tubuh.
Pandangan gadis itu mulai berkunang-kunang, sepertinya sebentar lagi ia akan pingsan, kedua matanya perlahan tertutup.
Kesadaran gadis itu semakin menipis sebelum akhirnya siraman seember air membuat kesadarannya kembali sepenuhnya.
Mata Lengkara kembali terbuka, bau busuk tercium menyengat di hidungnya. Gadis itu menghela napas pelan, hari ini mereka menyirami dirinya lagi dengan perasan air pel.
Triska menunduk menyetarakan tingginya dengan Lengkara yang duduk di atas kursi, kedua tangannya terulur menangkup wajah Lengkara.
"Jangan bosan-bosan datang ke sekolah."
Lengkara hanya bisa menatap datar gadis di hadapannya itu.
Setelah puas menjadi tukang potong rambut dadakan mereka semua akhirnya meninggalkan Lengkara sendirian di dalam kelas, tanpa membuka ikatan tali di tangan gadis itu.
Lengkara hanya bisa menatap datar kepergian Triska dan teman-temannya yang lain, tak ada air mata ataupun isakkan yang keluar dari mulutnya.
Gadis itu perlahan menundukkan kepalanya, ia benar-benar lelah.
Seseorang yang masuk ke dalam kelas membuat gadis itu kembali menaikkan pandangannya. Di pintu berdiri seorang Triska sambil menggendong tas ranselnya.
Triska tak berucap sama sekali, ia hanya masuk lalu berjalan menuju ke arah mejanya lalu memeriksa lacinya. Gadis itu melupakan ponselnya di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
00.00
Teen Fiction"𝚂𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚍𝚞𝚔𝚊." -𝒜𝓂𝑒𝓎𝓈𝒾𝒶𝒶, 𝟢𝟢.𝟢𝟢 "Tolong jemput gue, Ka," pinta gadis itu. "Gak bisa, gue mau jemput Nilam." Jawaban dari seberang sana. "Berarti gue boleh minta jemput Sekala?" tanya gadis...