"Apakah kalian tau, kenapa aku meminta kalian semua kesini?" Tanya Dumbledore tenang.
Semuanya (kecuali Dumbledore tentu saja) menggeleng pelan.
"Kalian pasti sudah tau tentang penyerangan Pelahap maut kemarin." Dumbledore memulai pembicaraan.
"Penyerangan Pelahap Maut tidak terjadi di satu tempat saja melainkan di tiga tempat penting. Kementerian, Diagon Alley, dan Kementerian sihir milik Amerika Serikat. Diduga mereka sedang memancing agar terjadi perang besar besaran."
Bisik bisik langsung terdengar di seluruh ruangan, semua orang saling berdiskusi tentang pelahap maut. Nala menarik napasnya pelan.
"Pelahap maut juga diduga merekrut anggota Hogwarts." Dumbldore menghentikan ucapannya sejenak. Sengaja, untuk melihat reaksi anggota pertemuan ini.
Semua orang di ruangan ini terkesiap bahkan Nala sekalipun. Nala tau, bahwa banyak anggota Hogwarts (Slytherin lebih tepatnya) yang sudah tergabung dalam pelahap maut, tapi Nala tidak sangka bahwa Dumbledore tau.
Tapi setelah dipikir pikir, wajar juga. Dumbledore selalu tau segalanya.
"Maka dari itu, aku memutuskan untuk juga merekrut anggota Hogwarts untuk masuk ke Organisasi melawan Voldemort dan pemgikutnya."
Seru seruan antusias terdengar di seluruh ruangan. Semua anggota pertemuan itu tampak bercahaya oleh antusias mereka melawan Pangeran kegelapan.
Ralat, kecuali Nala sendiri.
Nala merasakan dirinya merasa was was. Jika ini menyangkut tentang perang, Nala sungguh tidak ingin terlibat apa apa.
Katakan saja Nala pengecut, tapi sungguh Nala bukan seorang Gryffindor yang dengan senang hati menantang bahaya.
"Siapapun yang ingin masuk ke dalam organisasi, angkat tangan."
Semua orang mengangkat tangannya, kecuali Nala.
"Ms. Melson, apa kau tidak ingin masuk kedalam organisasi ini?" Tanya Dumbledore, mata birunya yang cemerlang menatap Nala.
Nala berdiri, lalu menggeleng.
"Dengan segala hormat saya kepada anda Professor Dumbledore, saya menolak untuk masuk ke dalam organisasi ini. Jika saya diketahui sebagai anggota organisasi yang melawan pelahap maut, maka saya dan keluarga saya akan terancam dikejar oleh pelahap maut. Saya mungkin terdengar seperti pengecut, tapi saya hanya ingin tidak membahayakan keluarga saya."
"Aku mengerti Miss Melson. Aku tidak akan memaksamu jika tidak ingin. Tapi bolehkah guru tuamu ini bertanya satu hal?"
Nala mengangguk, raut mukanya yang tegang mati matian disembunyikannya dalam topeng datar.
"Kubu mana yang akan kau pilih?"
Nala tersenyum tipis. "Saya netral professor, selama keluarga saya belum terancam oleh salah satu kubu, saya akan selalu menjadi netral."
Dumbledore mengangguk mengerti. "Tolong jangan bilang apapun kepada siapapun tentang organisasi ini Miss Melson."
Nala terdiam sejenak, sedikit ragu, namun mengangguk. Lalu gadis Melson itu beranjak pergi keluar dari ruangan itu.
************
"Sungguh kenapa kau tidak mau ikut melawan kau tau siapa?"
Nala memutar bola matanya jengkel mendengar pertanyaan James.
Bukan apa apa, James sudah menanyakan pertanyaan yang sama sebanyak hampir 20 kali.
"Mau kau tanyakan sampai 100 kali pun, jawabanku tetap sama. Aku. Tidak. Akan. Ikut. Dan. Selalu. Netral." Ujar Nala sambil menekankan suaranya di akhir.
"Ya kenapa?" Tanya James lagi.
Nala menghela napas kasar. "Aku tidak mau membahayakan keluargaku James."
"Bukan karena kau takut?"
Nala terdiam sejenak mendengarnya.
"Benar kan kau takut." James mengendikkan bahunya, merasa menang.
"Memang kenapa kalau aku merasa takut?" Tanya Nala sambil memutar bola matanya jengkel. "Aku bukan seorang Gryffindor yang suka menantang bahaya."
James mendelik kesal. James selalu membanggakan asramanya itu. Jadi tentu saja dia akan merasa tersinggung dengan ucapan Nala itu.
"Setidaknya aku bukan kau yang merupakan Slytherin yang egois." James membalas dengan tajam.
"Egois? Dari sisi mananya aku egois?" Tanya Nala kesal. Mulai kehilangan kendali. Wajah nya memerah dan dadanya naik turun.
"Tentu saja kau egois." James maju selangkah mendekati Nala. "Kau sibuk mementingkan dirimu dan keluargamu sendiri, saat banyak orang yang keluarganya mati!"
"Maka dari itu aku menjaga keluargaku agar tidak kenapa napa!" Sekarang Nala sudah berteriak, benar benar kehilangan kendali.
"Tidakkah kau berpikir tentang Paman Fleamont dan Bibi Euphemia?! Tidakkah kau berpikir mereka bisa terancam karena pilihanmu?!" Sentak Nala keras.
James terdiam sejenak.
"Padahal kau tau, sebenarnya kita bisa tetap aman. Kita darah murni, kau tau siapa dan pengikutnya tidak akan menyentuh kita." Nala berseru kembali.
Emosi James kembali terpancing mendengar kalimat Nala.
"Darah murni?! Jadi hanya karena kita darah murni, kita bisa berpangku tangan saja begitu?!" Teriak James keras.
"Lalu bagaimana dengan Kelahiran muggle? Apa karena mereka hanya memiliki setitik darah penyihir mereka boleh dibunuh?!"
"Bukan begitu maksudku-"
"Aku kecewa padamu Nala." James menatap Nala kecewa. "Aku berpikir kau beda dari Slytherin lainnya yang membanggakan darah mereka, ternyata kau sama saja."
James mundur, lalu berjalan pergi meninggalkan Nala sendirian.
Nala terdiam menatap punggung sepupunya.
"Kau benar James, aku egois." Ujar Nala pelan. "Tapi itu tidak merubah apapun, bahkan jika aku harus membunuh agar keluargaku tetap aman, aku akan melakukannya."
***********
Kalian tim mana nih?
#timsetujusamaJames
#timsetujusamaNala
Yok dijawab wkwkwk
Jangan lupa Vomment yaa biar aku cepet update xixixi
Best Regards
Natasha
KAMU SEDANG MEMBACA
Nalastacia
FanfictionJika kalian menganggap cerita ini akan seperti putri putri Disney, yang romantis dan bahagia, kalian salah. Ini adalah cerita tentang Kehidupan Nalastacia Selene Melson, yang sayangnya tidak selalu bahagia, tapi juga terdapat keegoisan dan pengkhian...