"Kau harus makan." Regulus menyerahkan sepiring makanan untuk Nala.
Nala meliriknya sebentar, sebelum kembali menatap foto orangtuanya yang terpasang di dinding, di sebelah lambang keluarga Melson dilukis.
"Nala..." Regulus membujuk lembut, merangkulnya.
"Aku tidak lapar Reg." Tolak Nala datar.
"Kau belum makan dari kemarin Nala, kau mau Mom dan Dad melihatmu seperti ini?" Bujuk Regulus.
"Mereka tidak bisa melihatku lagi Reg, mereka sudah mati." Balas Nala kasar.
Regulus terdiam, memandang Nala yang sekarang mengusap air matanya kasar.
"Apa yang harus aku lakukan Reg? Orangtuaku sudah meninggal, apa yang harus aku lakukan Reg?" Tanya Nala dengan suara lirih, putus asa. Air mata mulai mengalir, meninggalkan jejak di pipinya.
Regulus memeluknya erat, membuat tangisan Nala makin mengeras.
Regulus tidak berkata apa apa, hanya membiarkan Nala menangis sepuasnya.
Setelah tangis Nala mereda, barulah Regulus berucap lembut. "Pertama tama kau harus makan, setidaknya untuk Sophie, kau satu satunya yang ia miliki sekarang."
Kali ini Nala menurut.
*****
Nala merangkul Sophie yang terus menangis tanpa henti. Nala sendiri bagaimana? Raut mukanya datar, tanpa ekspresi.
"Dimohon untuk Nalastacia Selene Black Née Melson, putri sulung Noah Melson dan Sarah Melson maju, dan memberikan pidato."
Nala melepas rangkulannya dari Sophie. Lalu maju ke depan, ke atas mimbar.
Menatap seluruh pelayat yang hadir untuk ikut mengantarkan orang tuanya ke pemakaman, sebelum memulai pidatonya.
"Aku adalah Nalastacia Selene Black Née Melson, Putri sulung dari Noah dan Sarah Melson." Nala memperkenalkan dirinya.
Nala menarik napas sebelum melanjutkan. "Aku mengenal orangtuaku sebagai sosok yang penyayang dan baik hati, walaupun mereka sibuk dengan bisnins mereka."
"Ayahku, Noah Melson, selalu menyempatkan diri untuk mengurusku, membantu tugas tugasku, bahkan bahwa ia sangat sibuk."
"Ibuku Sarah Melson, adalah Wanita yang cantik, lembut, dan penyayang. Ibuku itu selalu ada untukku."
"Bagiku tidak ada orangtua yang lebih baik dari mereka. Mereka adalah orangtua yang terbaik." Nala menjeda pidatonya sebentar.
"Dan aku berjanji, pada kalian dan diriku sendiri akan melanjutkan usaha Keluarga Melson yang mereka perjuangkan." Nala turun dari mimbar, dan kembali menghampiri Sophie yang sedang ditenangkan Wirenna.
Pelayat pelayat bertepuk tangan, kagum dengan pidato Nala. Sebelum mulai meninggalkan area pemakaman keluarga Melson.
"Nala.." Sophie menghambur ke arahnya. Nala sendiri jongkok, untuk menyamakan tingginya dengan adiknya yang baru duduk di kelas dua itu.
"Sophie, jangan sedih lagi ya? Kau masih memiliki ku." Nala mengusap rambut pirang adiknya dengan lembut. Sophie mengangguk, masih sesenggukan.
Nala menoleh ke arah kuburan orangtuanya.
"Aku berjanji Mom, Dad, akan membalas orang yang telah membunuh kalian."
*********
Nala menandatangani berbagai berkas, memindahkan seluruh aset keluarga Melson atas namanya. Untung ia sudah cukup umur, untuk melakukan itu.Nala menghela napas, memandang berkas yang menumpuk. Mulai merasa respek kepada ayahnya yang bisa mengurus seluruh aset dengan baik, dan masih menyempatkan diri untuk sesekali makan malam dirumah.
"Miss Nala." Suara melengking Tessy memecah lamunan Nala.
"Kenapa Tessy?" Tanya Nala, menoleh ke arah peri rumah itu.
"Miss Sabrinna Lauterda meminta untuk bertemu anda, Miss Nala."
"Suruh dia masuk Tessy." Nala berdiri.
Beberapa saat kemudian, masuk seorang wanita muda berambut merah muda cerah, dan wanita itu langsung memeluknya erat.
Nala membalas pelukan kakak sepupunya dengan hangat.
"Lama tidak bertemu, apa kabar Nala?" Tanya Sabrinna, ceria seperti yang Nala ingat.
"Baik. Dimana Samuel?" Tanya Nala, menanyakan suami Sabrinna.
"Oh, dia sedang ada urusan sebentar." Sabrinna menjawab dengan santai.
"Maaf merepotkan Sabrinna tapi aku harus memanggilmu kesini, untuk mengurus perusahaan Melson, setidaknya sampai aku lulus. Aku tidak tau siapa lagi yang harus dipercaya selainmu." Nala menggigit bibir, merasa bersalah.
"Tidak apa apa Nala, lahipula kita keluarga, aku akan membantu jika bisa." Sabrinna menggeleng.
*********
Nala berjalan cepat, memasuki ruang kepala sekolah."Ada apa yang begitu mendesak Mrs. Black? Hingga malam malam kemari." Dumbledore duduk di kursinya, menatap lurus Nala yang baru saja masuk.
"Professor Dumbledore, aku bersedia masuk ke Orde of Phoenix." Ujar Nala pelan.
Dumbledore menatap Nala tajam, menyelidik. "Apa yang membuatmu berubah pikiran Mrs. Black?"
Nala menghela napas sebelum menjelaskan dengan suara datar. "Anda pasti sudah tau, bahwa orangtuaku terbunuh dalam penyerangan pelahap maut di kementarian tempo hari."
"Oleh karena itu, aku tidak bisa lagi tetap netral, aku harus membalas dendam kepada siapapun mereka yang menyentuh orangtuaku."
Benar, orangtuanya terbunuh saat terjadinya penyerangan pelahap maut besar besaran di kementerian untuk kedua kalinya. Orangtuanya yang tidak salah pun harus menjadi korban, karena sedang bertemu dengan menteri sihir.
Dumbledore lalu menuliskan sesuatu di perkamen lalu menyerahkannya ke Nala.
Pertemuan Orde Phoenix, Ruang kepala Sekolah, besok malam.
![](https://img.wattpad.com/cover/227853874-288-k37939.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nalastacia
FanfictionJika kalian menganggap cerita ini akan seperti putri putri Disney, yang romantis dan bahagia, kalian salah. Ini adalah cerita tentang Kehidupan Nalastacia Selene Melson, yang sayangnya tidak selalu bahagia, tapi juga terdapat keegoisan dan pengkhian...