Jika kalian menganggap cerita ini akan seperti putri putri Disney, yang romantis dan bahagia, kalian salah.
Ini adalah cerita tentang Kehidupan Nalastacia Selene Melson, yang sayangnya tidak selalu bahagia, tapi juga terdapat keegoisan dan pengkhian...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Anggap aja itu Nala ya).
"Oh my gosh! Aku heran kenapa kakak ku kenapa tidak mengejar mu kembali." Decak Alexa kagum dengan kagum. "Regulus pasti terpana, karena kau sangat cantik." Dyana memuji.Nala hanya tersenyum membalas pujiannya.
"Aku duluan ya." Pamit Nala, keluar dari kamarnya, dan turun ke ruang rekreasi dimana Regulus menunggunya. "Astacia." Regulus, tersenyum saat Nala tiba di ruang rekreasi. "Kau sangat cantik." Puji Regulus kagum, seraya menyelipkan sehelai anak rambut Nala ke belakang telinganya.
"Tentu saja." Nala tersenyum sombong. "Terkadang susah sekali membuat dirimu terkesan tidak seperti Pricilla Yaxley, atau yang lain." Desah Regulus. "Harga diri ku terlalu tinggi, untuk seperti itu." Nala menyeringai. "Ibuku pasti bangga mendengar mu berkata seperti itu." Regulus menggeleng geleng.
"Black, tampaknya pasanganmu sangat cantik?" Suara Evan Rosier terdengar. Menatap Nala terang terangan seraya turun dari tangga kamar murid laki laki. Pandangan dan suara Regulus berubah tajam. "Ya, aku sangat kagum dengannya." Regulus menjawab tajam.
"Bagaimana dengan pasanganmu Rosier? Atau kau tidak berhasil mendapat pasangan?" Regulus balas bertanya sarkas."Tentu saja tidak! Pasanganku adalah Alison Duerre." Evan Rosier mengangkat mukanya angkuh, tampak bangga karena Alison Duerre adalah gadis paling cantik di tahun keenam.
"Alison Duerre? Bukannya gadis itu murahan dan jalang? Dia tidur bersama Dolohov bukan?" Regulus menyeringai, penuh kemenangan. "Aku tidak menyangka Rosier, seleramu begitu rendah." Regulus pura prihatin. Muka Evan memerah, saking marahnya. "Sepertinya kita akan terlambat Reg. Ayo kami duluan Rosier." Nala tersenyum basa basi kepada Evan sebelum menarik Regulus keluar dari asrama Slytherin menuju Great Hall.
***********************************
Sirius mengangkat gelasnya, meminum Butterbeernya. Ia tak melihat Nalastacia, dan adiknya. Mungkin belum datang.
"Siriii, aku bosan kau tidak mengajakkku berdansaa?" Gadis berambut pirang gelap merengek manja padanya. Bergelayut di lengannya. Sirius menarik lengannya kasar. "Kau saja sana Fiona." Balas Sirius kesal. Rupanya keputusan mengajak Fiona Greengrass ke pesta dansa adalah kesalahan. Gadis itu sangat manja dan merepotkan. Padahal Sirius pikir, Fiona mirip dengan sepupunya, Dyana, yang pendiam juga baik hati. Ternyata berbeda jauh.
Fiona menghentakkan kaki kesal mendengar respon Sirius. Ia menghambur ke lantai dansa, mungkin menyari laki laki yang bisa dikencaninya.
James tertawa kencang melihat itu. "Oh diamlah prongs." Decak Sirius kesal melihat James tertawa. Sungguh tidak punya akhlak. "Habis aku heran kenapa kau mengajak Fiona? Kenapa tidak sepupu ular ku itu?" James tertawa.
"Kau tidak dengar jawabannya kemarin?" Tanya Sirius balik. "Aku tidak tertarik." Ulang Sirius, menirukan suara Nala. James tertawa. "Sungguh pads, masih banyak gadis lainnya. Lihat Bianca Zabini disana." James mengerling Bianca Zabini, seorang Murid Slytherin yang kecantikannya terkenal. "Kalau begitu kau juga lupakan E! Berkencanlah dengan gadis Zabini itu." Balas Sirius. James memutar mata mendengarnya.
Akhirnya mata Sirius tertumbuk pada Nala dan Regulus yang baru datang. Nalastacia begitu cantik dan anggun, sayangnya bukan ia yang merangkul Nalastacia, melainkan adiknya sendiri.
"Prongs ayo ke dapur lalu ke asrama, kita pesta Firewishky saja." Ajak Sirius mengalihkan pandangannya dari Nala walaupun sulit. James mengangguk setuju, toh tidak ada yang bisa ia lakukan disini.
Sirius berjalan keluar, menoleh untuk memandang Nala untuk terakhir kalinya malam itu. Dan yang ia lihat, malah semakin menyakiti hatinya.
Nala dan Regulus sedang berciuman.
Sirius membuang muka berusaha melupakan bayangan itu dari kepalanya, dan berjalan duluan dari James ke dapur.
Sirius butuh pelarian malam ini.
**********************
"Kau seharusnya tidak terpancing dengan Rosier tadi." Decak Nala kesal ketika mereka sudah sampai di Great Hall, dan sedang berdansa.
"Kenapa tidak? Ia melihatmu terang terangan." Regulus tampak kesal saat mengingat tatapan Evan pada Nala tadi. "Ya diam saja, tidak usah marah." Nala menghembuskan napasnya.
Regulus menunduk mendekatkan mukanya dengan muka Nala. Walaupun Nala lebih tua, Regulus lebih tinggi beberapa senti daripada Nala. "Kenapa aku tidak boleh marah?" Bisik Regulus, di depan mukanya, sangat dekat sampai Nala bisa merasakan hembusan nafasnya. "Apa sih." Nala salah tingkah, berusaha menjauhi Regulus. Tapi Nala meraih pinggang Nala, menahannya menjauh.
"Aku menyukaimu Astacia." Kata Regulus langsung. Nala membeku, mendengar pernyataan itu. Regulus menempelkan bibirnya di bibir Nala yang merah alami. Melumatnya lembut.
Nala terbuai dengan ciuman itu, Nala melingkarkan lengannya di leher Regulus, membalas ciumannyan.