Never Kept

675 91 33
                                        

Nalastacia: Never Kept(Chapter 25)

"Keadaan Mrs. Black sekarang sudah stabil, beliau akan sadar beberapa saat lagi." Pria tua yang menjadi Healer pribadi keluarga Black itu menoleh kepada Regulus.

"Baiklah, sekarang kau boleh keluar." Usir Regulus tanpa menoleh, terus memandangi Nala yang terbaring.

"Baik Mr. Black, saya permisi." Healer tua itu membungkuk, lalu berjalan keluar dari kamar Regulus.

Regulus mengamati Nala dengan intens, memandangi Rambut hitamnya yang berantakan karena Si Sialan Rosier, Mukanya yang pucat.

Regulus menghela napas, mengusap pipi Nala dengan lembut.

Rasanya benar benar menyesakkan melihat Nalastacia kesakitan seperti tadi. Regulus tidak tau apa yang akan terjadi jika ia terlambat satu detik saja.

Mata Regulus lalu tanpa sengaja memandang sebuah poster pelahap maut yang terpajang di kamarnya.

Regulus menghela napas kasar, bangkit dan merobek poster itu kemudian melemparkannya ke tempat sampah.

Kini Regulus tidak peduli.

Regulus tidak peduli dengan organisasi pelahap maut yang bodoh itu, atau apapun itu.

Jika Nalastacia baik baik saja, maka Regulus tidak peduli dengan lainnya.

-Nalastacia (Never Kept)-

"Minum dulu." Regulus menyerahkan gelas kepada Nala.

Nala menerima gelas itu, lalu langsung meminumnya, kerongkongannya seret sekali.

"Pelan Pelan Astacia." Regulus mengelus punggung Nala.

"Kau menerima suratku? Tentang surat dari si sialan itu?" Tanya Nala seraya meletakkan gelasnya yang sudah kosong di atas nakas.

"Hm, Kreacher memberikannya." Jawab Regulus, kini mengelus rambut Nala.

Nala mengangguk ngangguk.

Ketika Nala menerima surat dari Alexa sialan itu, Nala menyuruh Kreacher untuk memberikannya pada Regulus.

Nala tidak sebodoh itu untuk pergi sendiri.

"Mother dan Father bagaimana? Mayat Alexa sudah diurus?" Tanya Nala lagi.

"Mother dan Father saat ini sedang ada bisnis, mereka hanya tau kau terjatuh dari tangga. Mayat Alexa sudah diurus, lagipula dia punya tanda kegelapan, kementarian pasti akan bersyukur, bukannya mencari pembunuhnya." Jelas Regulus, masih setia mengelus rambut Nala.

"Well, kalau begitu terima kasih." Ujar Nala dengan sedikit ragu.

"Kau tidak perlu berterima kasih." Regulus menggeleng. "Itu kewajibanku."

Sejenak mereka diam, Nala tidak tau apa yang harus dikatakan.

"Astacia, aku minta maaf." Perkataan itu membuat Nala menoleh ke arah Regulus.

"Untuk apa?" Tanya Nala.

"Karena menjadi pelahap maut." Ujar Regulus. "Kau benar, itu memang merupakan jalan yang salah, membunuh orang orang, itu memang salah."

"Apa kau tau, apa yang pertama kali terlintas di otakku saat melihat tanda kegelapanmu?" Tanya Nala.

"Aku khawatir. Aku khawatir kau akan terluka, aku khwatir akan terjadi sesuatu yang buruk padamu." Nala menjawab pertanyaannya sendiri, mengadah, menatap langit.

NalastaciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang