Time And Memory

405 52 20
                                    

Nalastacia: Time And Memory (Chapter 35)

"Apa yang dilakukan Parkinson padamu? Ada yang sakit?"

Nash langsung menanyai Elora secara bertubi tubi, ketika mereka sudah menjauh dari Pansy, Draco dan yang lain.

Elora sedikit terkekeh melihat Nash yang tampak begitu khwatir.

"El, aku mencemaskanmu, apa yang lucu?" Nash merengut, melihat respon gadis itu.

Elora mengulum bibirnya, semakin gemas dengan respon laki laki di depannya.

"Ell, apa yang lucuu?" Nash semakin merengut.

"Kau."

"Hah?"

Elora maju, mendekat ke arah Nash, berjinjit, lalu berbisik tepat di telinganya. "Kau menggemaskan."

Nash entah kenapa merasakan detak jantungnya sedikit berdebar, menyadari jaraknya dan jarak Elora cukup dekat.

Elora segera mundur setelah mengucapkan itu, senyum jenaka muncul di bibirnya, melihat Nash yang sedikit shock dengan perlakuan Elora yang tiba tiba

Namun, Nash dengan cepat menguasai diri. "Aku tau apa yang lebih menggemaskan daripada aku."

"Huh? Apa itu?"

"Kau, Elora Florence."

Elora terdiam, detak jantungnya berdetak kencang. Pipinya tiba tiba memanas.

"Kenapa kau memerah?" Goda Nash, mendekat ke Elora, merangkulnya kembali, membuat jantung Elora semakin tak terkendali.

Sebelum Elora sempat mengarang ngarang alasan, terdengar teriakan familiar.

"CIEE, ELORA NASH YAA, RANGKUL RANGKULAN CIEE."

Nash berdecak, sepupunya melipat tangannya, mulutnya berdecak decak seolah memergoki Nash dan Elora melakukan kesalahan.

Elora tidak pernah merasa selega itu bertemu Cassie, dengan cepat di lepaskannya rangkulan Nash, dan bergerak mendekati Cassie.

Menenangkan jantungnya yang masih berdebar debar.

NALASTACIA: Time And Memory

Nalastacia duduk di atas kasur yang berada di kamar Regulus di Grimmauld Place. Mengingat sesuatu.

"Tolong peluk aku, aku kedinginan."

Regulus terkekeh. "Kau beneran kedinginan, atau sebenarnya tidak tapi mau aku peluk?"

"Yasudah kalau tidak mau." Nala berujar ketus, berbalik sehingga memunggungi Regulus.

Regulus terkekeh kembali, namun dengan cepat menyibak selimut yang sedang Nala kenakan lalu ikut berbaring sebelum memeluk Nala dari belakang.

"Manja sekali istriku hari ini." Regulus berbisik menggoda.

Nala mencibir kesal tapi berbalik, agar mereka saling berpelukan. Memejamkan matanya seraya menikmati elusan Regulus di rambut panjangnya.

Nala memejamkan matanya, menahan mati matian air matanya yang hendak mengalir.

Nyaris 14 tahun.

Nyaris 14 tahun lalu kenangan itu terjadi, namun Nala mengingatnya seolah olah kejadiannya kemarin.

Pelukan Regulus, Elusan Regulus di rambut panjangnya, senyumnya bahkan kata katanya. Nala mengingatnya dengan persis sama.

Nala tersenyum tipis, orang orang salah, mereka mengatakan waktu bisa membuatmu melupakan segalanya, tapi tidak.

Waktu tidak bisa membuat Nala melupakan Regulus, pun menghapus perasaannya.

NALASTACIA: Time And Memory

Jejemari Nala mengusap nisan makam di depannya, bercerita dengan suara lirih.

"Nash sudah 13 tahun Reg, sebentar lagi 14 tahun." Bisik Nala lirih.

"Dia semakin sangat mirip denganmu. Bukan hanya fisik, tapi juga sikapnya."

"Senyumnya, sikapnya yang sangat perhatian, dan tidak pernah membantah mengingatkanku denganmu."

"Bahkan ia juga masuk Slytherin! Dan ia juga bermain quidditch sebagai seeker. Merlin! dia benar benar anakmu." Nala tertawa, namun air mata mengalir di pipi wanita itu.

"Reg..."

"Tunggu aku ya? Setelah tugas ku selesai aku akan segera menyusul."

Nalastacia: Time And Memory

Cassie menopang dagunya dengan kedua tangannya, menatap bosan Professor Lupin yang sedang mengajar.

Kalau cerita ayahnya dan bibi Nala benar, Professor ini mengetahui bahwa ia adalah anaknya Sirius Black, tapi Professor ini tidak menunjukkannya.

Cassie mengetukkan tangannya ke atas mejanya secara teratur, gadis berambut pirang itu tiba tiba tersenyum lebar.

Sepertinya ini bisa mengusir kebosanannya sekaligus mencari tau tentang apakah Professor Lupin ini benar mengetahuinya

Nalastacia: Time And Memory

"Professor Lupinn."

Remus memgerutkan keningnya, menatap heran seorang gadis berambut pirang yang begitu familier berlari masuk ke ruangannya

Remus menghela napas diam diam, gadis ini begitu mengingatkannya dengan masa lalu.

"Ada apa Miss Hamilton?"

Cassie mengerjap ngerjap, matanya yang hitam menatap Remus polos. "Eh aku hendak bertanya sesuatu tentang pelajaran tadi Professor."

"Kenapa kau tidak bertanya saat sesi pertanyaan tadi Miss Hamilton?" Tanya Remus, menatap Cassie menyelidik.

"Uhmm." Cassie sengaja pura pura berpikir. "Aku tidak suka bertanya di hadapan banyak orang Professor, itu membuatku terlihat bodoh dan tidak mengerti." Jawab Cassie, diam diam tersenyum, puas dengan jawabannya.

Remus menatap Cassie sedikit tak percaya. Tampaknya bukan itu, tapi toh ia tetap menjawab.

"Jadi apa pertanyaanmu Miss Hamilton?"

"Tentang Vampir-"

"Miss Hamilton, bab Vampir bahkan belum dipelajari."

Cassie terdiam, merutuk dalam hati. Bisa bisanya ia salah begini.

"Yaa, aku hanya ingin tau sekarang Professor." Cassie mengarang ngarang.

"Kau bisa bertanya minggu depan Miss Hamilton."

Sialan, tidak berhasil.

"Baik Prof- oh apakah ini foto Professor semasa bersekolah disini?" Mata Cassie berkilat kilat antusias ketika menemukan yang ia cari, sebuah foto yan menunjukkan 4 orang laki laki berseragam Hogwarts.

Cassie mengenal foto itu.

Ayahnya juga punya.

Remus melirik foto itu dan mengangguk singkat.

Sebelum Cassie berbicara lagi, yang memancing agar Professor Lupin berbicara, sebuah suara familier terdengar, membuat Cassie berbalik.

"Professor Lupin, apakah anda punya waktu? Saya hendak berbicara sebentar." Nalastacia Selene Black tersenyum anggun.

NalastaciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang