Hogwarts

444 57 24
                                    

Nalastacia (Chapter 32 ): Hogwarts

Hogwarts.

Nash sering mendengar tentang hebatnya Hogwarts entah itu dari buku ataupun dari ibunya dan adik ibunya, Bibi Sophie yang bersekolah disini. Tapi Nash tidak menyangka akan semenakjubkan ini.

Bangunan kastilnya tampak indah sekaligus elegan berdiri kokoh. Lapangan Quidditch yang mengundang. Lalu hiasan hiasan yang indah.

Mungkin yang kurang hanyalah Dementor yang berjaga di setiap pimtu masuk Hogwarts. Tapi kata Ibunya. Dementor itu hanya untuk sementara.

Kembali ke topik awal.

Beauxbatons juga indah tentu saja, namun aura Hogwarts lebih mengundang, lebih.. menyenangkan.

Disamping Nash, Cassie berdecak kagum. "Kalau tau Hogwarts seperti ini, sejak dulu aku akan merengek pada Bibi Nala untuk memindahkan ku ke Hogwarts."

Sedangkan Elora? Gadis cantik itu tetap diam seperti biasa, walaupun matanya menatap Hogwarts dengan kagum

"Ayo anak anak." Nala berjalan lebih dahulu, memimpin jalan ke kepala sekolah.

Sesampainya di depan ruang kepala Sekolah, Nala berujar. "Permen Jeruk."

Cassie menoleh ke arah Nala tidak percaya. "Serius Bibi? Permen Jeruk?" Ulangnya heran.

Sebelum Nala menjawab ataupun merespon, pintu itu terbuka.

Nala akhirnya hanya menaikkan alis kepada Cassie seolah berkata "tuhkan benar."  Kemudian bergerak masuk kedalam ruangan tersebut. Diikuti Elora dan Nash

Sedangkan Cassie masih terpaku menatap pintunya dengan tatapan "Lah kok pintunya beneran kebuka." Sebelum akhirnya sadar, dan mengikuti yang lain yang sudah duluan masuk.

Seorang Pria tua berjubah ungu menyambut mereka. Janggutnya yang berwarna putih, ikut bergerak ketika ia berdiri.

Nash belum pernah bertemu dengan pria itu tapi ia tau siapa dia. Albus Dumbledore, kepala sekolah Hogwarts sekarang

"Nalastacia, lama tidak bertemu." Albus Dumbledore mengangguk.

"Dumbledore." Ibunya balas tersenyum.

"Ah ini pasti tiga murid baru yang kau ceritakan di surat?" Dumbledore menatap Cassie, Nash, Elora dengan ramah.

"Benar."

"Ah, aku mengingat nama nama yang mewariskan wajah wajah ini." Dumbledore tersenyum hangat. "Dominique Black, Elena Marissa, dan Regulus Black. Menakjubkan melihat tiga anak ini Nalastacia... seolah olah kita melihat mereka kembali."

Wanita yang melahirkannya itu tersenyum tipis "Secara fisik mungkin iya, secara sifat tentu saja berbeda."

"Tentu saja." Dumbledore mengangguk setuju.

Ia lalu beralih kembali ke Nash, Cassie, dan Elora. "Selamat datang di Hogwarts, Nash Arcturus Black, Elora Florence, dan Cassiopeia Dominique Black. Semoga kalian nyaman disini."

Nash, Cassie, dan Elora mengangguk.

"Dan seperti yang kalian tau, ada empat asrama di Hogwarts. Slytherin, Gryffindor, Hufflepuff, juga Ravenclaw." Dumbldore meraih sebuah topi penyihir yang sedikit usang." Siapa mau duluan?"

"Oh, bolehkah saya duluan professor?" Cassie berujar semangat. "Tentu saja Miss Black, duduklah." Dumbledore menjentikkan jarinya, lalu muncul sebuah kursi tepat di tengah ruangan.

Cassie bergerak dan duduk dengan semangat. Topi itu segera dipasang.

Beberapa saat, ruangan itu hening. Sebelum akhirnya sebuah suara nyaring memecah keheningan itu. "Gryffindor!"

NalastaciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang