ORANG KETIGA

904 96 18
                                    

"Kalian denger kasusnya bu rose gak?"

"Yang rumah tangga bu rose hancur karena pelakor itu?"

"Iya. Kasian banget kan"

"Yang buat aku heran nih ya, yang selingkuh  pak Jae, yang seharusnya resign dia, kenapa jadi bu rose ya?"

"Iya juga si, tapi mungkin karena dia malu"
Mereka sangat asik bergosip ria sehingga tidak sadar atasan mereka ada dibelakang mereka.

"Saya membayar kalian untuk bekerja bukan untuk bergosip"

Seketika perkumpulan kecil itu langsung bubar menuju counter masing-masing.

"Maaf bu Yeri" Ucap mereka serentak dengan kepala menunduk.

Yeri sebagai bos mereka mendengus. Dengan angkuhnya ia melewati mereka diikuti sekretarisnya dibelakang.

"Saya tebak mereka membicarakan bu rose, bu."

"Bu rose? Yang kemarin resign itu kan? Kenapa dia?"

Sekretaris tersenyum. Ternyata bosnya penasarannya juga. "Suami bu rose, pak Jae selingkuh bu, dan yang buat saya heran juga kenapa bu rose milih resign."

"Oh. Saya kira ada apa" Jawab Yeri acuh.

Kini mereka sudah masuk lift, dengan sigap sekretarisnya menekan angka ke lantai paling atas, ruangan Yeri.

"Saya sebagai perempuan, ingin rasanya saya memukul, menjambak rambut pelakor itu. Bisa-bisanya ia menganggu rumah tangga orang" Ucap sekretaris menggebu-gebu. Mungkin ia lupa dengan keberadaan bosnya didepannya. Merasa berlebihan sekretaris itu spontan meminta maaf.

"Maaf bu, saya sudah berlebihan"

Yeri menggeleng kecil, berbalik menatap datar ke sekretarisnya. "Kenapa kamu sibuk menyalahkan pelakor? Bagi saya kita perlu lihat disisi pelakor. Mungkin saja perempuan itu berani masuk ke rumah tangga bu rose, karena dia tau ada kekurangan di diri bu rose yang membuat suaminya tidak puas dan tidak nyaman menikah dengannya"

Perkataan Yeri membuat sekretarisnya bungkam.

Ting!

Pintu Lift terbuka.

"Lupakan masalah itu, hari ini saya ingin pulang cepat. Hari ini tidak ada jadwal yang padat kan?"

Dengan sigap, sekretaris mengecek jadwal Yeri di tabnya. "Tidak ada bu, rapat pun tidak ada. Jadi ibu bisa pulang cepat hari ini."

Mendengar itu, Yeri menjadi tersenyum kecil. "Bagus"

Sesuai dengan keinginannya. Kini Yeri sudah berada dirumahnya.

Menggunakan dress hitam, ia sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk dibalcony menatap pemandangan yang indah yang sengaja ia buat untuk kepuasan pribadi.

Terlalu menikmati pemandangan di depan matanya, ia tidak sadar ada seseorang yang mengendap ngendap dibelakangnya.

"Sayang"

Suara berat itu menggema ditelinga Yeri. "Aku merindukanmu"

Satu kecupan mendarat dileher Yeri, membuatnya tersenyum menikmati sensasi geli ketika bibir lembut pria itu mengecup lehernya.

"Apa masalahmu sudah selesai?" Tanya Yeri.

Yeri merasakan pelukan diperutnya semakin erat, pundaknya merasa berat karena pria itu menopang dagunya dipundak Yeri.

"Tinggal satu langkah lagi. Dan kita akan bersama selamanya." Jawab Pria itu.

Mendengar itu Yeri tersenyum miring, "apa kau yakin?"

"Tentu saja!"

Yeri berbalik menatap pria tampan didepannya ini.

"Jae"

"Yes baby?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yes baby?"

Ingat dengan perkataan sekretaris Yeri saat di lift? Tanpa mengetahui kebenarannya,Secara tidak langsung ia membenci bosnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingat dengan perkataan sekretaris Yeri saat di lift? Tanpa mengetahui kebenarannya,Secara tidak langsung ia membenci bosnya sendiri.

Tidak ada yang tau tentang ini selain Yeri, Jae dan tentu saja Rose yang sudah mereka sakiti. Dan karena Yeri adalah atasan Rose dikantor membuatnya terpaksa harus resign dan menjauh dari Yeri.

"Sial! Kenapa kau sangat cantik. Untuk kesekian kalinya kau berhasil membuatku jatuh cinta Yeri."

Yeri memutar bola matanya malas. Baginya sangat membosankan mendengar bualan pria itu.

Jae ingin mencium Yeri namun segera yeri menahannya. "Tunggu dulu Jae"

"Lalu bagaimana dengan Rose? Apa dia sudah pergi jauh?"

Jae mendengus. "Wanita itu sudah pergi, dan kini hanya ada kita berdua."

"Sepertinya kau sangat yakin ya bisa terus bersama ku?" Dengan nakal tangan Yeri meraba dada Jae.

"Shit! Tentu saja aku yakin. Aku tidak akan pernah mau berpisah dengan mu. Aku akan gila jika aku kehilanganmu"

"Bagaimana kalau aku merasa bosan?" Yeri semakin memepetkan tubuhnya ke tubuh Jae. Membuat pria itu semakin terangsang.

"Kau tidak akan pernah bosan dengan permainanku Yeri"

Yeri tersenyum miring melihat ekspresi pria itu yang menahan gairahnya. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga jae. "Puaskan aku malam ini" Bisiknya diakhiri dengan gigitan kecil dari Yeri.

"Persetan dengan masa depan! Yang terpenting saat ini kau milikku Yeri!" Dengan bringas Jae menggedong Yeri dan menghempaskannya ke tempat tidur.

"Kau sudah memutuskan meninggalkan semuanya Jae, jadi jangan menyesal jika suatu hari nanti aku yang akan meninggalkanmu." Ucap Yeri.

Namun Jae tidak memperdulikan itu, ia terlalu sibuk menciumi tubuh yeri. Mungkin kini ia mabuk dengan wangi tubuh Yeri yang membuatnya candu.

. . . . . . . . . .

Bisa-bisanya aku punya ide buat Yeri jadi pelakor

ONLYERITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang