MWB-49. Story of Dirga

1.6K 147 40
                                    

Hai,, sorry banget baru bisa update.. ada yang kangen gakkk???

saya udah announce sih ke para followerku yang seuprit itu kalau kemarin blm bisa update... 

gak tahu infonyaa??? makanya follow... ;;;;;wkwkwkw

Part ini khusus buat kalian yang penasaran siapa Pak Guru Dirga yang sebenarnya.... Happy reading..

**

Mata itu terus menatap nanar pada beberapa berkas yang ada di tangannya. Berulangkali meyakinkan diri kalau keputusan berat ini adalah yang terbaik dari berbagai pilihan yang ada. Sudah saatnya ia harus bergerak, berani menghadapi masa depan setelah sekian tahun berkilah dan melarikan diri.

Ia lantas memasukkan berkas-berkas kepindahannya ke dalam amplop cokelat besar, menyimpannya di atas meja kerjanya. Pandangannya ia alihkan pada jendela besar di sebelah kirinya. Dari lantai delapan di apartemennya di tengah kota, ia bisa melihat dengan jelas lalu lalang kendaraan di jalan raya yang tak pernah sepi. Bahkan hingga malam hari, Ibu kota tak pernah tidur sedikitpun. Sama seperti dirinya yang tak bisa memejamkan mata beberapa hari terakhir.

Suara langkah kaki yang menggema dari luar membuat kesadarannya sejenak teralihkan. Dirga tak beranjak dari kursinya, karena ia tahu jelas siapa yang datang. Hanya ada dua orang yang ia beri tahu password apartemennya. Pertama, adalah Mama-nya yang sepertinya tak mungkin datang malam ini karena kemarin Mama-nya telah berjanji akan membiarkan Dirga packing sendiri dan tidak akan menganggugnya.

Kedua adalah salah satu teman dekatnya yang sudah sangat ia percaya. Dirga memberikan password apartemennya dengan tujuan kalau terjadi sesuatu yang urgent, Dirga bisa meminta bantuan dengan mudah.

Dan sekarang ia yakin kalau yang datang adalah temannya. Dan hal itu terbukti ketika ia menoleh, temannya hanya berdiri di ambang pintu sambil memandangi dirinya dengan senyuman kecil.

Dirga melengos dan berdecih. Kalau perempuan yang melihatnya, mungkin mereka akan terpesona dengan senyuman menawan itu. Tapi tentu tidak untuk Dirga, ia bahkan tidak tahu arti senyuman yang diberikan oleh temannya itu.

"Lo beneran udah mau berangkat?" suara Edo tak berirama, tidak seperti orang lain yang rata-rata kaget setelah mendengar kalau Dirga memutuskan untuk pergi akhirnya.

Dirga mengangguk. Dan saat itu Edo baru menampakkan wajah terkejutnya seraya mengambil satu kursi yang tak jauh dari meja kerja Dirga.

"Lo kenapa baru ke sini?"

Edo menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi sambal meringis. Dia memang berjanji untuk datang lebih awal tapi karena suatu hal, ia harus terlambat datang.

"Sorry, gue barusan nganterin si Dion balik. Lo tahu sendiri gimana temen lo itu kalau udah mabok. Malah gue dipelototin sama bini-nya lagi. Tapi gue punya feeling sih kayanya Dion gak bakalan lama married-nya. Gue kayanya mau nungguin jandanya Dion aja deh."

Edo terkekeh sementara Dirga menggelengkan kepala tak paham dengan jalan pikiran temannya.

"Lo bukannya doain yang baik-baik malah ngarepin yang enggak-enggak." Timpal Dirga.

Edo masih terkekeh sebentar, pria yang usianya hampir tiga puluh tahun itu itu lantas mengatupkan bibir saat melihat sebuah amplop besar di meja. Tanpa permisi ia membuka. Sebelah alisnya terangkat melihat dokumen milik Dirga yang mengkonfirmasi kalau berita mengenai Dirga yang akan berangkat ke Perancis memang benar adanya.

Edo lantas menghela nafas pelan, "Jadi bener apa yang diceritain anak-anak?"

Dirga tak menjawab pun tak memberikan respon apa pun yang membuat Edo mengelus dagunya sendiri. "Apa ini ada hubungannya sama keputusan lo buat berangkat?"

MARRIAGE WITH BENEFITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang