"Jeno Jeno~ Mau makan apa siang nanti?" Tanya Doyoung pada sang putra yang asyik memakan biskuit.
"Koyi~?"
"Eoh~ Jeno pengen jadi tampan ya?"
"Iya~ Mpan kayak unda xixi~" Jeno dengan mulut penuhnya tersenyum lebar.
"Berarti bunda tampan ya? Ehm kalo gitu bunda masakin sop spesial buat Jeno~ Terus nanti ayah di masakin sayur asem, Jeno mau bantuin?"
"Hu'um!"
"Ya udah yuk nunggu pak Zico di luar~"
Tak menunggu lama, mereka pun akhirnya mendengar suara pak Zico yang sangat khas berisiknya.
"Sayur sayurrr~ Murrrr~ah"
"Sayur pak~"
"Eh dek Doyoung, Jeno~ Mau masak apa hari ini?"
"Ayah nta acem xixi~"
"Oh asem? Nih sayur pak Zico lengkap, jangan khawatir jangan bimbang, bisa ada apapun asal jangan minta diskon, untung bapak mepet hehe~"
"A-ah enggak kok~" Doyoung tersenyum kikuk.
"Monggo dipilih~"
Ditengah-tengah keasyikannya merecoki sang bunda yang memilih sayur, mata sipit Jeno menemukan sesuatu yang menarik hatinya. Lantas ia menepuk pundak bundanya demi mendapatkan perhatian.
"Unda~ Tu apa?"
"Eoh?" Si Doyoung mengikuti arah tunjukkan Jeno. "Terong itu sayang~ Lucu ya? Warnanya ungu~"
"Teyong?" Sebentar, Jeno pernah mendengar ini sebelumnya.
Alis bocah itu berkerut. Ah! Ia ingat.
"Um Teyong unda? Um Teyong ceman cayul?"
Bukan kah itu adalah tetangga sebelah? Teyong?
Mendengar jawaban sang putra Doyoung benar-benar tertawa. "Bukan sayang~ Ini terong, bukan om Taeyong ahaha~ Tapi kalo om Taeyong suka sayur iya bener~"
"Unda~ kacih um Teyong teyong~ xixi~"
"Jangan, nanti ayah yang ngamuk. Eh berapa pak ini totalnya?"
"No~ Unda~"
"15 ribu aja~"
"Nih ya pak uangnya~" Si Doyoung memberikan uang 15 ribu pada pak Zico.
"Woke~"
"Unda~ Teyong~"
.
Seusai makan siang, Jeno teringat jika bola karetnya berada di pekarangan rumah. Jadi, bayi Jung itu berjalan untuk mengambil bola karetnya.
Tapi Jeno yang hendak masuk ke dalam rumah, segera menoleh ke sumber suara. Ia mendengar langkah seseorang di depan rumahnya.
"Um Tete~!"
"Hai Jeno~"
"Um Tete no mana-mana, cini dulu~" Si Jeno segera berlari menuju rumahnya.
Taeyong yang berdiri dibalik gerbang Jeno hanya menatap bingung putranya Jung Jaehyun. "Kenapa nih anak?"
Tapi meskipun begitu, Taeyong tetap menunggu Jeno. Takutnya kalau ia kedapatan membuat Jeno menangis yang ada ia bisa digiling Doyoung.
Lagi asyiknya melamun, tiba-tiba saja Jeno sudah ada di depan matanya. "Um Tete um Tete~"
"Kok bawa terong Jen? Nanti kalo bundamu nyariin terongnya gimana?"
"Xixi~ Ndak cali~ Noie kacih um Tete teman, ni teyong~" Jeno menunjuk terong yang di bawanya, "tama kayak nama um Tete~ Teyong teyong xixi~" Ujar Jeno sambil tertawa.
Taeyong yang mendengar pernyataan Jeno terdiam sejenak. Ia sedikit bingung dengan Jeno.
"Wah~ Jeno persis ya kayak bapaknya~ Suka ngejek~" si Taeyong tertawa miris.
"Xixi~ Hayo um Teyong, ini Teyong xixi~"
"Halo terong~ Ini Taeyong~" Taeyong mau tak mau tersenyum sambil melambaikan tangannya ke terong.
"Xixi~ Um Tete mau bawa teyong? Noie unya banyak teyong~"
"Nggak usah~ Jeno kasihkan aja teyongnya ke bunda~ Om pulang dulu ya~"
Demi anak temen, sabar Taeyong jangan emosi.
.
.
.
TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Jeno Daily
FanfictionDaily life Jeno kecil dengan kedua orang tua yang begitu menyayanginya~