"Ayah hiks!"

9.4K 843 65
                                    

"Dek, titip Haruto ya, kakak nggak tau mau nitip ke siapa, Sungjae lagi kerja, mamamu ada acara di PKK, kakak juga nggak bisa nitip ke tetangga, kakak sungkan."

"Astaga, nggak papa loh, sini-sini dek Ruto~" Joy sepupu Doyoung, memberikan putranya ke gendongan Doyoung.

"Ruto ikut tante dulu ya~ Mama mau kerja sebentar, nanti siang mama jemput, okey~" Pamit Joy, namun yang bayi 6 bulan itu hanya diam sambil bermain kancing baju Doyoung.

"Jeno nggak papa kan kalo ada Ruto?" Tanya Joy memastikan. Akan sulit bagi Doyoung jika Jeno tak menyukai putranya.

"Nggak kok, dia pasti seneng banget ada temennya." Doyoung mengangguk yakin.

"Okedeh kalo gitu, kakak pergi dulu ya~ Dada Ruto sayang~"

"Dada mama~" Bukan Ruto, itu Doyoung yang menirukan suara bayi.

Begitu sepupunya telah meninggalkan kediamannya, Doyoung pun membawa Ruto ke dalam rumah. Ia ingin sekali segera mengenalkan Ruto pada Jeno.

"Jeno~ Lihat bunda bawa siapa?" Jeno yang sedang menonton tv menoleh pada bundanya.

"Didi bayi?" Itu yang ada dipikiran Jeno. Karena hanya bayi yang digendong seperti itu oleh bundanya.

"Iyup! Namanya Ruto sayang, anaknya tante Joy, Jeno ingat?" Doyoung membawa dirinya duduk di samping Jeno, memperlihatkan bayi digendongnya pada putranya.

"Ndak tau~" Bayi Jung itu kembali menonton tv. Sejujurnya ia tidak tertarik pada seorang bayi.

Melihat Jeno yang tertarik pada keponakannya, Doyoung mencoba mencari topik lain, "kakak Jeno nonton apa?"

Namun si Jeno tak menjawab pertanyaannya bundanya. Bayi Jung itu terfokus pada kartun kesukaannya.

"Kok nggak dijawab?"

"Poli poli!" Suara Jeno sedikit mengeras.

"Wah~ Kakak Jeno nggak mau di ganggu dek Ruto~ Dedek main sama tante aja yuk~" Mendengar jawaban bundanya Jeno mendengus kesal.

.

"Unda~ Tue Noie mana?" Jeno membawa toples kuenya yang telah kosong dari dapur.

"Abis Jen, nanti ya bunda beliin~ Bentar ini adeknya nangis~ Dedek kepanasan ya?" Doyoung segera pergi dari ruang keluarga. Mungkin Ruto kepanasan disini.

.

"Unda~"

"Bunda di belakang sayang!"

Jeno pun berlari menghampiri bundanya. Dia ingin memberi tau hasil gambarnya pada sang bunda.

"Unda unda~ Noie gambal gambal~" Dilihatnya sang bunda yang duduk di bangku taman sambil memangku keponakannya.

"Oh iya? Mana-mana?" Doyoung mengatakan itu, namun matanya tak lepas dari Ruto yang asyik bermain tangan lentiknya.

"Unda~"

"Hiks!"

"Eh Ruto kenapa nangis lagi?" Doyoung segera berdiri, menepuk-nepuk punggung keponakannya lembut. "Laper ya? Bentar ya tante buatin susu dulu."

Doyoung dan Ruto melewati Jeno begitu saja. Meninggalkan Jeno yang memegang erat kertasnya berharap sang bunda melihat karyanya.

"Unda?" Jeno menatap bundanya yang telah hilang di balik pintu.

"Hiks!" Lantas Jeno membuang gambarnya, ia juga menginjak-injak gambar itu untuk meluapkan kekesalannya.

"Ayah hiks!"

Jeno menatap nanar hasil karyanya yang telah rusak. Ada potret dirinya, ayahnya juga bundanya disana. Indah kalau kata Jeno, "Hiks!"

"Ayah~!" Tak kuat dengan sakitnya, Jeno berlari menuju kamarnya. Dirinya yang biasa dilarang Doyoung untuk berlari di dalam rumah tak memperdulikan itu semua. Toh bundanya juga tak akan melihatnya.

Baby Jeno DailyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang