Sejak pukul 3 sore hujan mengguyur wilayah sekitar rumah Jeno. Sudah hampir satu jam sang hujan tak berhenti turun. Tentu saja hal itu membuat Jeno hanya duduk termenung dibalik kaca jendela belakang rumahnya.
Tadinya, Jeno ingin bermain bebek karetnya di taman belakang, ia sudah meminta bundanya untuk menyiapkan bak air dan juga sabun untuk membuat busa.
"Huft." Si Jeno menghela nafasnya.
JEDER
Suara petir yang tiba-tiba menyambar membuat Jeno berteriak kencang dan berlari tunggang langgang mencari bundanya.
"UNDA~!"
"Makanya, ayo mandi dulu~" Jawaban Doyoung sangat tidak sinkron. Tapi waktu sudah menunjukkan kalau Jeno harus mandi.
"No!"
"Mandi Jeno, kalo Jeno mandi nanti petirnya nggak ada~"
"Huh?"
"Percaya sama bunda."
.
Terbalut kan kaos hangat Bruce Lee, alias setelan kaos kuning kuning, Jeno kembali menuju belakang rumahnya. Hujan mulai reda dan suara petir tak lagi terdengar. Persis seperti kata bundanya.
Mungkin kalau nanti petir kembali terdengar, Jeno akan meminta mandi lagi pada bundanya.
Jeno menatap langit yang biru, langit sangat cerah. Ia yang sedang memegang dua bebek karet tersenyum lebar.
"Jeno jangan main air!" Seru Doyoung dari dalam rumah.
Si kecil berbalik, "ndak unda~ Noie main wek wek xixi~" Jeno mengacungkan kedua bebek karetnya.
"Da unda~"
Setelahnya, kaki mungil itu melangkah menuju pekarangan belakang rumahnya yang basah.
Kubangan air dekat taman sepertinya menarik.
"Wek wek wek~"
Jeno pun memilih duduk di atas rumput yang basah sambil memegang bebek karetnya.
"Nono~ Ndak boyeh natal wek!" Bebek bernama Nana mematuk-matuk kepala bebek lainnya.
Sebelumnya, Nana memang dicelupkan ke dalam kubangan air oleh Jeno. Bocah itu sedang membuat konflik diantara 2 bebek karet.
"Nono ndak natal wek wek!"
"Api Nono kotol Nana wek wek!"
"Ndak Nono! Api Noie!" Si Nono membuat pembelaan.
Jeno yang gemas sendiri melempar bebek karet bernama Nana ke kubangan air hingga membuat cipratan air.
"Noie kotol Nana xixi~" Jeno dan bebek karet bernama Nono tertawa keras melihat Nana yang mengambang.
"Wek wek~ Noie tama Nono natal!" Nana mengeluh di dalam kubangan air.
"Xixixi~"
Sementara itu, Doyoung yang baru saja mandi sedikit meragukan putranya. Ia pun segera menemui putranya di belakang rumah.
Kan bener!
Jeno sedang duduk di rumput yang basah dan di depan kubangan air. Sudah pasti tangan bayi itu tak akan diam melihat kubangan air.
"Jeno!"
Jeno yang mendengar suara bundanya melempar Nono dan berlari riang menuju bundanya. "Unda~"
"Kok main air sih! Liat bajunya kotor kan?"
"Ndak Noie main ail unda~ Nana main ail." Si Jeno menunjuk Nana yang masih mengambang.
"Astaga~ Kan Jeno yang mainin mereka. Sini sini ganti baju lagi. Abis ini jangan keluar rumah." Doyoung segera menggandeng putranya menuju dalam rumah.
"Api Nono tama Nana dicana unda~"
"Biar bunda nanti yang ambil."
"Nti Nono tama Nana nanis unda~"
"Nggak mereka yang nangis, tapi Jeno yang nangis. Dah sana ambil mereka."
Begitu Doyoung melepas gandengannya, Jeno segera berlari menemui kedua bebek karetnya.
"Xixi~ Nono! Nana! Ayo ayo acuk lumah~ no nanis nanis xixi~" Tangan mungil itu pun segera merengkuh bebek bebek karetnya dan berlari menuju bundanya.
"Unda~"
.
.
.
TBC~[Tanya dung, cerita Noie mana yg paling kalian sukai?]
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Jeno Daily
FanfictionDaily life Jeno kecil dengan kedua orang tua yang begitu menyayanginya~