Hari-hari yang mulai redum. Langit bak kelabu, yang sudah gelap dan suasana asmarloka mulai menghilang. Mutia langsung saja keluar dari ruangannya dan bergegas menuju kafe sahabatnya---Hanggini yang sudah lama tak ia kunjungi.
Namun, na'asnya sebelum ia masuk lift. Tubuh Mutia tak sengaja tertabrak oleh tubuh bidang yang membuat Mutia tersungkur. Lelaki itu langsung mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Mutia.
"Maafkan saya. Saya kurang hati-hati," ujar Lelaki itu sambil menatap inci perinci wajah Mutia, ia langsung melepas tangannya. Dan segera masuk ke dalam lift tersebut.
"Makasih." Kata itu saja yang bisa Mutia ucapkan, alih-alih Mutia merasa aneh dan familiar suara bahkan wajah lelaki itu.
Aidan hanya bisa tersenyum diam mengingat kejadian. Di mana ia bisa bertemu pujaan hatinya kembali dihari ini.
"Gue tau, lo bakalan ada di sini, Mut. Gue kangen lo." Aidan langsung tersenyum kembali, tetapi pada saat itu datanglah seorang perempuan yang menjabat sebagai Sekretarisnya. Anindya.
"Bapak kenapa nih? Senyam-senyum sendirian aja," ujar Anindya seraya menggodanya, Aidan hanya menggeleng dan acuh kepada sang Sekretaris.
Beralih ke Mutia yang sudah berada tepat di hadapan sahabatnya yang sudah menikah dengan Boran---sahabat mantan pacarnya.
Hanggini tersenyum, "Gimana nih, keadaan Ibu Presdir?" tanyanya seraya menggoda Mutia yang sedang menyeruput Red Velvet Lattenya. Kebetulan kafe yang dikelola Hanggini dan Boran berada tepat di tengah sudut kota Seoul, Korea Selatan.
Seoul adalah negara pelarian Mutia dari kejadian perselingkuhan Regan bersama mantannya yang dulu membuat Mutia hampir saja depresi. Tetapi, ia ingat dengan kewajibannya pengganti Baron yang telah lama pensiun di perusahaannya sekarang di kota Seoul ini.
"Baik aja, kalian gimana? Ahn Joo. Apa kabarnya?" tanya Mutia kembali, sambil melihat isi room chatnya. Hanggin langsung mengangguk, "Alhamdulillah banget lah, gak rewel lagi pas dibeliin dorongan sama lo kemarin lusa."
Pelanggan mulai berdatangan, waktunya Hanggini dan Boran sibuk. Mutia masih menikmati makanan dan minumannya.
"Kenapa gue kepikiran cowok tadi ya? Apa beneran dia yang dulu?" gumam Mutia yang baru saja hendak berbalik arah sudah mendapatkan sosok yang sedari tadi ia pikirkan.
Lelaki itu langsung menghampiri kasir dan mengobrol asik bersama Boran, membuat Mutia penasaran. "Apa temennya?" Mutia masi bertanya-tanya.
Hanggini yang peka itupun langsung menghampiri sahabatnya, "Lo kenapa Mut? Penasaran sama sosok lelaki itu?" Pertanyaan Hanggini membuat Mutia semakin penasaran.
"Sayang, ke sini!" panggilnya, saat itu juga Boran dan lelaki yang membuat Mutia penasaran pun langsung menghampiri mereka. Aidan tersenyum sangat bahagia, pasalnya ia benar-benar menepati janjinya kali ini.
"Lo ingat dia siapa?" tanya Boran membuat Mutia mengerutkan keningnya, Aidan langsung mendekati Mutia yang membuatnya berkontak batin.
Mutia langsung berdiri dan juga Aidan, pada saat itu Aidan langsung mendekap tubuh Mutia sangat erat. Sedangkan Mutia langsung membalasnya, dan menangis sejadinya.
"Bogo shipeoyo." Mutia sudah mengingat segalanya, membuat Aidan terkekeh dan menangis juga akibat terlalu rindu.
"Gue juga sangat-sangat merindukan sosok wanita dingin gue," seru Aidan tak kalah sendunya. Alhasil mereka sudah menjadi sorotan, dan membuat Hanggini juga ikut menangis.
"Arghh ... manisnya, ending yang aku tunggu-tunggu sayang ini loh." Hanggini menangis sejadinya dalam dekapan Boran yang sama ikut bahagianya.
Aidan dan Mutia pun langsung menatap satu sama lain, "Semakin dewasa, semakin cantik aja ya kamu." Gombal Aidan membuat Mutia terkekeh dan masih menangis.
"Tak apa pada akhirnya aku melepaskanmu, namun aku yakin semua akan menyertaiku mengejarmu sampai detik ini. Inilah janjiku dulu dan terwujud." Ucapan Aidan membuat Mutia tersentuh dan lagi-lagi kristal bening dari pelupuk matanya pun langsung berjatuhan bebas dengan senyuman.
"So, I'm Aidanata Novandri Anggoro, will you marry me? Marion Mutia Arkansa?" Pertanyaan itu terlontar sangat bebas, Aidan tak ingin memainkan kesempatannya sekarang. Sambil bertunduk di depan dengan kisah kasih mereka dan sebuket bunga mawar.
Mutia tak memainkan waktu lagi, "Yes, I will!" sahutnya begitu lantang, membuat seisi kafe bertepuk tangan ikut bahagia.
Hidup Aidan dan Mutia pun berakhir bahagia setelah panjang perjalanan lika-liku mereka jalani.
Tak apa telat, asalkan dapat dengan sempurna kembali.
AFSUNDAMA
KAMU SEDANG MEMBACA
See My Crush (end)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA *** Ini tentang Aidanata Novandri Anggoro. Ketua geng Samurai yang paling disegani, cuek dan pembaca novel bergenre fantasi. Yang ditakdirkan bertemu dengan seorang gadis cuek bernama Marion Mutia Arkansa. Yang ternyat...