Mutia dan Aidan sudah berada di dalam perpustakaan yang memang lagi sepinya, sedangkan Hanggini seperti biasa ditinggalkan oleh Mutia. Itu tidak jadi masalah bagi Hanggini, masih ada Boran yang menemani.
"Sendirian, Neng?" tanya Boran basa-basi sambil membawa mangkok baksonya dan duduk tepat di hadapan Hanggini. Rasanya Hanggini ingin sekali lompat-lompat kegirangan tapi Hanggini nyadar diri.
"Lo lihat aja? Masa sama Setan?" tanya Hanggini sewot, mampu mengukirkan senyuman di bibir Boran dengan cepat. "Lucu juga. Oh iya, kemarin ada masuk chat?" tanya Boran mengalih topik, Hanggini langsung mengingat beberapa room chat di WA-nya.
"Yang chat, malam? Itu?" tanya Hanggini setengah kaget, Boran mengangguk pelan sambil memasuk-kan beberapa pentol-nya ke mulut. Langit, Damian, Bagas, Rangga, Lukas, Wisnu dan Altair pun mulai menghampiri Boran yang sedang PDKT.
"Langgeng terus Bo, jangan lupa janjinya. Kita duluan," ucap Bagas sambil menepuk bahu Boran yang hanya dibalasnya dengan jempol kirinya. "Yoi, pastinya traktir dong," sahut Langit. "Sebahagia lo pada aja," sahut Boran yang mulai memandang gadis di depannya sudah terdiam.
"Lo mau bantuin gue di Uks?" tanya Boran kepada Hanggini yang masih terdiam tanpa berkedip. Boran mulai melambaikan tangannya, "Nggi! Anggi!" panggil Boran beberapa kali.
Jalan jitunya hanya satu, Boran mulai mencubit hidung Hanggini yang langsung membuat Hanggini meringis kesakitan. Sakit cinta.
"Awh! Apaan sih, Apa tadi?" tanya Hanggini sambil mengelus hidung mulusnya, "wangi juga, aduhhh rezeki anak sholehah."
"Mau gak jadi pacar gue?" ujar Boran yang mulai bangkit dan menarik tangan Hanggini, mampu membuat jantung Hanggini merosot. "WHATT!" Hanya satu kata yang terlintas di mulut Hanggini. "Gue bercanda, maksud gue. Mau gak bantuin gue di Uks?" ulang Boran yang masing memegang tangan Hanggini.
Hanggini terdiam, "Gak pa-pa deh, yang penting mau banget sayang mau banget!" Lagi-lagi Hanggini terdiam.
Sedangkan Mutia sudah bete berada bukan zonanya, ya Mutia membenci perpustakaan yang konon katanya ini perpustakaan sangat kotor banyak cacingnya dan kecoa. Aidan masih menelusuri mencari bacaan yang pas untuk dia baca.
"Heh! Ngapain sih?" tanya Mutia yang mulai tak nyaman, Aidan menoleh kepada gadisnya. "Cari pacar," sahutnya begitu saja mampu membuat Mutia hanya berdeham.
"Hm."
"Eh, Princess Elsa marah. Cemburu ya?" ujar Aidan yang sudah membalikan tubuhnya menghadap Mutia yang sudah berhenti berjalan, "Gue bukan princess Elsa," sahut Mutia dengan nada yang sangat bikin Aidan gemes. "Haelah, gue bercanda. Gue gak maruk kali, bukan titisan Langit. Gue ke sini mau nenangin lo, biar lo gak berpikiran negatif lagi," ucap Aidan yang mulai menggenggam tangan Mutia dan berjalan kembali sambil menelusuri rak-rak area novel jebolan dari Wattpad.
Mau tau genre kesukaan Aidan? Horor, Mafia, Vampire dan Romance. Ya begitu lah bacaan Aidan, makanya dia suka diam bukan dingin sebenarnya emang irit ngomong dan bucin sudah mendarah daging.
"Gue bete, ke tempat lain aja gak bisa ya?" tanya Mutia yang sesekali merilik rak novel barisan genre Teen fiction atau fiksi remaja. "Dari pada ngedumel gak jelas, mending isi waktu sama baca buku." Aidan sudah mendapatkan Novelnya dan mulai menuju tempat yang sudah di sediakan untuk para pembaca.
SMA Nusantara ini memang sangat banyak kawasan perpustakaan, bahkan ada khusus untuk hajya bisa dimasukin 3 orang sampai 5 orang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
See My Crush (end)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA *** Ini tentang Aidanata Novandri Anggoro. Ketua geng Samurai yang paling disegani, cuek dan pembaca novel bergenre fantasi. Yang ditakdirkan bertemu dengan seorang gadis cuek bernama Marion Mutia Arkansa. Yang ternyat...