Bab 8: Tengah lapangan.

260 35 3
                                    

  Aidan sudah sampai tepat di hadapan rumah Mutia, suara motor Aidan mampu membuat telinga Marion dan Baron tertegak. Aidan mulai mematikan mesin motornya, namun ternyata Mutia sudah tertidur akibat kecapeannya.

  "Mut!" panggil Aidan yang sudah menepuk lengannya, namun tidak ada reaksi. Aidan tak habis pikir, ketika wajahnya bertemu dengan wajah Mutia yang sudah terlelap dengan sangat tenang mampu mengundang gejolak. "Aidan, Mutia kenapa eh--" ujar Marion yang mulai terkejut.

  "Kecapean Tan, nanti di dalem Aidan ceritain semuanya. Ini gimana, Tan?" tanya Aidan yang langsung membuat Marion terkekeh. "Gendong aja, udah pernah gendongkan? Biar Pak Ilyas seperti biasa yang markirin motor kamu, sekalian ada yang mau Tante tanyain ke kamu," ujar Marion yang mulai meninggalkan Aidan dan Mutia. Aidan mulai terdiam dan mulai menggendong tubuh Mutia secara perlahan.

  Tubuh Mutia bagi Aidan sangat ringan, dibandingkan barbel yang ia angkat setiap paginya. Wajah Mutia sangat nampak dengan kesedihan walau Aidan tau kalau Mutia menutupi segalanya dari orang tuanya. Aidan langsung membawa masuk Mutia ke dalam kamar yang bernuansa sangat estentik, hitam dan putih sama seperti kamarnya.

  Perlahan Aidan membaringkan tubuh Mutia, menarikan selimut untuk menyelimuti tubuh Mutia yang sudah kedinginan. "Bi, jagain Mutia. Kesehatan Mutia sekarang tidak baik," ucap Aidan yang mulai keluar dari kamarnya Mutia.

  Marion dan Baron kebetulan lagi asik mengobrol santai di ruang tamu bersama dengan Arden yang baru saja pulang. Aidan mulai duduk di samping Arden, "Gimana kejadiannya pas Mutia bisa ketiduran gitu?" tanya Marion yang mampu membuat Aidan gugup.

  "Jadi gini Tan, ada cewek yang terobsesi sama aku. Nah, yang aku deket cuman sama Mutia. Berawal dari perjanjian konyol, dan ya pacaran. Kemungkinan banyak yang iri sama Mutia, padahal temen-temen bilang termasuk si Arden nih, aku tuh Dingin, ya emang gitu adanya. Terus pas sama Mutia, sama-sama dingin dan bawel juga." Aidan mulai menyengir akibat malu, "Ke kamu dulu tuh Mas, lanjut," ucap Marion yang mulai mengundang tawa.

  "Jadi ada teman seangkatan Mutia beda kelas dan jurusannya. Ya dibuli lah Mutia, saat itu Mutia lagi ada praktikum Kimia mungkin ada panggilan alam untungnya Anggi ngechat aku. Bilang, si Piracy Mauling ngekunci Mutia di Wc Tan, mana hpnya juga lowbet, untungnya Aidan belum pulang saat itu. Intinya gitu Om, Tan, jadi keadaan Mutia sekarang itu lemes dan kesehatan Mutia sedang terganggu dan juga, banyakin kasih sayang ke dia, takutnya semua orang yang mendekat bakalan dia benci," ucap Aidan dengan wajah santainya menjelaskan semua kejadian di hari ini, mampu mengejutkan Baron dan Marion.

"Ini yang aku maksud, berteman sewajarnya. Siapa tadi namanya?" ucap Marion, "Piracy Mauling, Mah," sahut Arden yang masih sama-sama menyimak. "Nanti bakalan ada panggilan kepadanya, beraninya ke bikin anakku kaya gitu," celetuk Baron yang mulai bangkit untuk menelpon pihak yayasan SMA Nusantara Sejahtera.

  Mutia mulai terbangun dari tidurnya dan terkejut tepat ada di hadapannya Bi Nina yang sedang memijat tubuh Mutia dengan pelan. "Lah, ko aku ada di sini Bi? Yang antar aku ke sini siapa Bi?!" tanya Mutia yang mulai panik. "Mas Aidan, Non. Dia yang gendong Enon, aduh Cocok banget deh, dari pada yang di Paris," ujar Bi Nina mampu membuat Mutia melotot.

"Jangan sama-samakan Keandra dengan dia, mereka beda!" jawab Mutia yang mulai marah, "maaf Non, maaf. Non tidur lagi, istirahat besok Non ada eskulkan? Jadi, harus vit," suruh Bi Nina yang mulai mengusap lembut rambut Mutia yang di mana Mutia merindukan kasih sayang Marion seperti yang dilakulan Bi Nina padanya.

Aidan mulai beranjak dari sofa untuk pulang dari kediaman Arkansa's ini. "Aidan pulang ya Tan, maaf besok gak bisa jemput Mutia. Oh iya, Papah ngadain pesta buat kesuksesan perusahaan Anggoro dan Arkansa. Jadi, besok malam kalian di undang, Makasih Tan. Aku pulang dulu," ucap Aidan yang mulai pamit.

"Eh, Tante yang seharusnya makasih Dan udah jagain anak Tante dengan baik, yo wes itu kami pasti datang," sahut Marion yang mulai beranjak untuk mengantarkan Aidan ke depan.

See My Crush (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang