Bab 21: Murid Baru.

177 20 2
                                    

"Jangan kira gue bodoh sama halnya lo bermain api, tapi yang terbakar itu malah rumah lo sendiri."
Marion Mutia Arkansa.
....

Mutia masih ngambek dengan Aidan yang mengiyakan ajakan Mila untuk belajar bareng. Mutia mulai terdiam mampu membuat Hanggini yang tadinya sibuk dengan bukunya pun langsung menoleh kepada Mutia yang masih sibuk memandangi jendela.

"Lo telat kenapa?" tanya Hanggini yang tiba-tiba, sedangkan Mutia tidak menggubris pertanyaan Hanggini. "Woi budek! Lo kenapa telat elah?" seru Hanggini yang sudah tak tahan dengan sahabatnya yang murung seperti air comberan.

"Heem, gue kesiangan. Aidan telat jemput, ya gitu deh ...." Mutia mulai memainkan hp-nya secara diam-diam. Saat Buk Endang menjelaskan beberapa Astronomi, tiba-tiba saja ada seorang siswa mulai masuk ke dalam kelas 11 IPS 5 ini. Sangat tidak epik penampilan-nya masuk ke dalam kelas yang begitu amburadul ini. Ternyata siswa baru itu sepupu dari Aidan, namun Mutia belum mengenalinya.

"Nah, dia baru sampai. Ayo silahkan Nak, kamu perkenalan diri dulu," suruh Buk Endang kepada murid baru yang masih menunduk. Murid baru itu mulai mengangkat wajah-nya yang sontak membuat para gadis bersorak, walau terlihat biasa namun karismanya sungguh memikat.

"I-iya Buk."

"Assalamualaikum, salam sejahtera bagi teman-teman. Kenalin nama saya Altair Adromeda Anggara panggil aja Alta, umur 17 tahun, pindahan SMA Jaguar. Alasan pindah? Karena orang tua saya ingin melihat saya di zona yang berbeda, semoga kita bisa berteman baik dan sekian terima kasih. Wassalamualaikum," ucap Altair begitu gugup, namun mata Mutia tak hentinya memandangi bentung paras dari Altair yang begitu mirip dengan kekasih-nya saat ini. Iya, Aidan Novandri Anggoro si Pangeran es.

"Hai Alta, duduk sama gue aja ya," ujar Miskha si gadis bar-bar itu langsung menatap wajah Altair begitu dalam, mampu membuat Altair malu. "Apaan dih! Sama aku aja kamu gak mau, jangan mau sama dia, Ta." Altair mampu dibuat bingung oleh teman baru-nya yang begitu welcome. Beda dengan ekspresi Mutia saat ini yang sudah terciduk oleh Hanggini, "lo kenapa dah?" tanyanya yang mampu mengejutkan Mutia.

"Ha! Gue? Itu wajah dia agak mirip kaya Wong edan, apa dia sedarah? Ko gue baru tau ya?" titah Mutia yang mampu membuat Hanggini bingung sendiri. "Mana gue tau, gue 'kan Princess," sahut Hanggini.

"Baik anak-anak, Alta kamu bisa duduk di samping Rizal. Mari kita sambung penjelasan-nya lagi," ujar Buk Endang, Altair mulai melangkah menuju bangku kosong yang ada di depan Menu dan Garka.

"Gue I Gede Rizaldhy Maharashtra Gutama, Abang gue ada di kelas 12 IPS 5, I Made Maharaja Wisnu Gutama. Panggil gue Zal, lo bisa tanya apapun ke gue," ujar Zal yang langsung menyambut hangat Altair.

"Oke, Makasih sebelumnya," sahut Altair yang mulai duduk di bangkunya namun di sela-sela beberapa menit Altair melirik Mutia dengan sekilas. "Ouh, jadi dia yang sering diceritain abang?" Altair membatin.

SKIP

Mutia tidak menyadari kalau Altair masih menatapinya sedari jam pelajaran berlangsung sampai bell istirahat berbunyi.

Teng ... Teng ....

"Nah, jadi yang kemarin 'kan sudah Bapak bilang. Jangan lupa siapin mental dan pikir kalian buat ulangan harian ke-dua Sosiologi," ucap Pak Tatang yang mampu membuat patah hati semua muridnya. "Sungguh tega kau Roma--" ujar Rizal yang langsung berdiri dan menunjuk guru muda yang memang suka bercanda.

"Ani, apa kau tahu?" sahut Pak Tatang yang mampu membuat Rizal mengernyitkan alisnya. "PAK LAPAR ELAH!" jerit Rasti yang langsung diberi jempol oleh seluruh murid kelas 11 IPS 5 ini.

"Silahkan," sahut Pak Tatang yang mulai meninggalkan ruang kelas yang sangat ribut itu. Beberapa menit kemudian, Mutia dan Hanggini sudah sampai di kantin yang tumben sekali tidak ramai. Namun, saat mereka berjalan menuju kantin ada Altair yang mengikuti langkah Mutia dan Hanggini sedari tadi.

Mutia terkejut, bahkan Hanggini sudah shock jantung. "Lo ngapain ngikutin kita? Rizal tuh ada," tanya Hanggini yang sangat tidak mengenakkan. "Gue dipanggil abang gue, ge'er lo," sahut Altair yang mulai berjalan maju menghampiri 5 pemuda yang sudah duduk nongkrong sambil mengesap beberapa putung rokoknya.

"Pindah di sini juga lo," ujar Damian, Altair mulai duduk di samping Aidan. Yang mampu membuat pandangan Mutia sangat tajam, "Kan apa kata gue, mereka itu kaya ada hubungan darah daging," seru Mutia yang mulai duduk di bangku yang jauh dari kawasan geng Samurai, kekasihnya.

"Oh iya Mut, itu kemarin lo kemana aja? Kok, gak telepon gue lagi?" tanya Hanggini yang langsung membuat mulut Mutia kelu untuk berbicara satu patah kata pun. "Sebenarnya-" ucap Mutia yang terpotong oleh datangnya Aidan dengan sangat tiba-tiba sambil mengusap kepala Mutia dengan wajah tanpa dosa.

"Ko gak ngumpul bareng geng gue? Padahal gue pikir lo mau gabung sama kami," ujar Aidan yang mulai mematikan rokoknya dan langsung membungnya di tong sampah begitu saja. Mutia tak menyahut satu kata pun dari pertanyaan Aidan berikan barusan. "Gak enak kali Bang, yang ada si Nyai Ronggeng ngamuk," sahut Hanggini sebagai perwakilan Mutia.

"Yang lo mau apa sih? Lihat gue dibuli lagi? Menderita lagi?" tanya Mutia repleks yang baru mau mengeluarkan seluruh unek-uneknya. "Gue capek, ada diposisi gue sekarang. Gue mau damai kaya awal, gue mau gak ada lagi buli-bulian. Kesel, gue benci sama lo," ungkap Mutia dan langsung meninggalkan kantin yang sudah banyak penontonnya.

"Gue gak bakalan ambil diam, siapa pun yang berani lagi ngehancurin kehidupan lo. Berusuan dan mati tepat di tangan gue!" jerit Aidan yang mampu membuat Mutia meneteskan air bening yang sudah berjatuhan di pipinya yang tak seperti biasanya.

"Aidan, kejar dia!" seru Damian. Aidan langsung mengejar dan menarik tangan Mutia yang langsung dia dekap di koridor yang sangat ramai. Mutia terdiam dan malu, ya masa mereka pelukan dilihat seantero sih.

"Apa ini? Perasaan apa ini? arghhh!"

"Gue malu, lepasin!" ucap Mutia sambil memberontak. Aidan tak ingin melepaskan dekapannya, "Gue gak mau lo kaya gini, serah mau lo semarah apa. Wanita itu dijaga, bukan dirusak. Sudah jadi konsekuensi gue buat nerima lo apa adanya, Sayang," ucap Aidan yang begitu lancar bahkan tepat di hadapan anak kelas lain yang langdung membuat para gadis di SMA Nusantara ini potek kesekian kalinya.

"Gue tau lo nangis, ingat ya. Orang yang lihatin kita, berani nyentuh lo bakalan habis sendiri di tangan gue, termasuk Ratu buli di sini," ucap Aidan yang langsung melepaskan dekapannya dan menggenggam tangan Mutia menuju ruang kelasnya untuk menenangkan diri Mutia.

Seketika para gadis SMA Nusantara langsung menjerit histeris.

"Apaan tadi, heh! Mereka jadian?"

"Yah, kan emang bener mereka sudah jadian lama. Sebulan lalu,"

"Apaan dih, dia cuman punya gue. Titik!" ujar Mila yang langsung mencak-mencak menuju ruang kelasnya. "Lo kalah lagi?" tanya Pira. "Sebelum janur kuning melengkung, gue jamin kehidupan Marion Mutia Arkansa akan lenyap di tangan gue sendiri," celetuk Mila sambil memegang sebuah pisau lipat.




....
Yang nungguin UPDATE? ciee aku kasih kejutan nih.

Oke, semoga suka ya. Don't forget for Vote dan Komen.
Jadilah, Simbiosis Mutualisme.

See My Crush (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang