Jam telah berlalu, Di mana Mutia sudah berjalan menuju Rooftop yang diminta oleh Aidan entah Aidan yang mana. Saat itu juga, ada Aidan yang telah membuntuti Mutia. Dikarenakan memamang bahaya untuk kehidupan Mutia ke depannya.
"Siapa sih? Masa iya, lo harus berani, Mut. Harus berani, kalau lo dibuli lagi, intinya Tuhan sama lo sekarang," gumam Mutia sambil menyemangati dirinya sendiri, Aidan hanya bisa menatap punggung gadis yang sudah naik ke atas Rooftop.
Di sana sudah ada Tangkas, Mila, dan Jessi yang sedang bermain dengan sebuah senjata. Hati Mutia mulai berdebuk dengan cepat tak seperti biasanya, Mutia merasa ada seseorang yang telah membututinya sedari tadi.
"Kaya ada yang ngikutin," ucapnya yang mulai menoleh ke belakang, sedangkan Aidan langsung mundur dan berlindung di balik dinding. Mutia mulai menatap ke depan dan melanjutkan jalannya kembali. "Mungkin, cuman ilusi," sambungnya.
Aidan sangat khawatir, Takut ada yang tidak mengenakan terjadi. "Gue sebrengsek ini!" gumam Aidan dalam hati, yang sudah menggebu-gebu. Sedangakn Mutia sudah sampai di puncak gedung 3 lantai ini, hanya ada seorang pemuda yang sedang bermain dengan sebuah rokok dan benda pipihnya.
"Eh, mantan! Ralat tetangga, ngapain neng? Ke sesat?" ujar pemuda itu mampu membuat satu detik Mutia berbalik arah. "Ada yang mau gue omongin sama lo," sambungnya yang mampu membuat Mutia menghentikan langkah kakinya. Tangkas langsung membuang putung rokok dan langsung diijaknya.
Mutia mulai gugup dan keringat dingin, "Gue selama ini gak ada dosa, kenapa tahun ini kaya gini ceritanya," Mutia membatin sambil sesekali memegang rok pendeknya.
Tangkas sudah tepat di hadapan Mutia yang sudah menatap ke arah lain dengan acuh, Tangkas langsung menyentuh beberapa bagian dari wajah dan mata Tangkas tak hentinya melihat rok yang dikenakan Mutia.
"Jadi, lo yang ngechat gue?" tanya Mutia dengan suara tinggi, sedangkan Aidan hanya bisa menguping dan menatap dari kejauhan takut ada hal yang gak mengenakan terjadi. "Enak juga ngelabuin lo ya, gak usah kebawa emosi gitu, Sayang," ujar Tangkas yang mulai mendekatkan dirinya sambil menyentuh beberapa helai rambut Mutia. Mutia langsung menepis kasar tangan Tangkas sebelum berkelanjutan.
"Lo temen Munafik ya," celetuk Mutia mampu membuat mata Tangkas menyala, alias marah besar. "Lo jadi cewek makanya jangan ke polosan, untungnya kita tetanggan lagi ya, mending sama gue aja, dijamin gue bisa lebih dari Keandra," rancau Tangkas yang mulai bereaksi, Mutia mulai mundur selangkah demi selangkah. Tangkas maju selangkah demi selangkah yang mampu membuat mereka tak berbatasan lagi, yang mampu saja membuat seorang pemuda yang masih memantau mereka naik pintam.
"Maksudnya apa sih!" gumam Aidan yang sudah mengepalkan tangannya, ingin sekali menonjok wajah pemuda gatel itu, tapi waktunya belum tepat.
"BANGSAT! LO MAU NGAPAIN!" seru Mutia yang langsung mendorong dada bidang yang sangat kokoh Tangkas miliki pun terkalahkan dengan kekuatannya. "Udah lah sayang, gak usah jual mahal gitu. Mau nyobain juga dong," rancau Tangkas semakin menjadi. "BANGSAT!!" jerit Mutia yang hampir aja dicium oleh Tangkas. "Awwwh ...!"
Plak
Bugh
Bugh
Bugh ...!
"Berani banget lo nyakitin dia lagi!! Lo lupa, hah!" jerit Aidan yang langsung berlari dan menarik tangan Mutia untuk berlindung di belakangnya, Tangkas, Jessi, dan Mila pun langsung terkejut. Aidan langsung menghantam habis wajah Tangkas. Jessi dan Mila langsung kabur, yang mampu mata Mutia menangkap sang pelaku di balik itu semua.
Bugh ...
Bugh ...
Bugh ....
Aidan langsung melayangkan tiga pukulan tepat diwajah Tangkas, mampu membuat Mutia, Jessi dan Mila terkejut. Aidan sudah tak tahan lagi dengan segala drama mereka ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
See My Crush (end)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA *** Ini tentang Aidanata Novandri Anggoro. Ketua geng Samurai yang paling disegani, cuek dan pembaca novel bergenre fantasi. Yang ditakdirkan bertemu dengan seorang gadis cuek bernama Marion Mutia Arkansa. Yang ternyat...