Bab 25: Awkward.

131 14 17
                                    

"Mati ikan karena umpan, mati saya karena budi."
-Hanggini Maheswari.
...

"Gue malu ...," kata Mutia yang sedari tadi menutupi wajahnya dengan rambutnya. Aidan terkekeh, tidak seperti biasanya Mutia malu seperti ini.

Aidan mulai menghentikan langkah kakinya tepat di tengah lapangan, "Gini Princess-nya Aidan galaknya melebihi Mama Risha. Lo lagi sakit, masih aja ngemeng. bentar lagi juga sampai mobil," seru Aidan yang sudah tertawa mampu membuat Mutia terpesona dengan tawaan Aidan yang baru kali ini pemuda itu sangat tertawa.

Aidan menyadari ada hal ganjal, "Heh! Kudanil! Malah bengong, suttt lo diem aja atau gue lempar ke sungai yang banyak buayanya?" ucap Aidan langsung membuat Mutia menggeleng
cepat, Aidan lagi-lagi terkekeh dan melanjutkan langkah kakinya.

Di sepanjang jalan, Mutia hanya bisa terdiam sambil memijat pelipis keningnya secara perlahan. Tiba-tiba ada rasa iba yang mampu membuat Aidan sedari tadi menyetir sambil menggenggam tangan Mutia sampai ke klinik terdekat.

Mutia tertidur akibat kecapean di hari ini, Aidan yang sudah sampai di klinik pun merasa kasihan dengan gadisnya ini. "Tidur aja lo cantiknya natural, Mut," celetuk Aidan sambil mengusap lembut rambut Mutia.

"Ini anak malah tidur banget lagi, gak jadi aja deh. Mending ke rumah aja, rawat kaya dulu," ujar Aidan yang mulai menjalankan mobilnya kembali menuju rumah.

di perjalanan hari semakin senja yang menemani mereka dikeheningan ini, tiba-tiba Mutia mengigo yang mampu membuat semakin canggung.

"Jangan tinggalin aku, aku cinta kamu. Aidan," ucap Mutia yang mampu membuat Aidan menghentikan mobilnya yang membuat Mutia bangun terkejut. "Argh! Udah sampai Klinik?!" tany Mutia yang langsung duduk dengan sigap. Aidan terkejut, "Emm ... lo cinra gue? Mulai sejak kapan?" tanya Aidan sangat meragukan gadisnya ini ternyata cintanya tak bertepuk sebelah tangan dan perjuangannya membuahkan hasil.

"Hah? Gue gak bilang apa-apa, kan gue tidur," sahut Mutia menolak. Aidan terkekeh sambil menggoda gadisnya dengan alis yang di naik-naikannya dengan sengaja.

"Iya, aku juga lebihhh cinta kamu," ucap Aidan yang tanpa ba-bi-bu lagi memeluk tubuh gadisnya, ternyata tubuh Mutia demam sekarang. "Eh, kok panas banget? Oke, malam ini lo nginep di rumah gue ya, gue mau ngerawat lo," ucap Aidan yang mulai mengusap rambut Mutia sebelum dia melepas pelukan itu.

"Gak usah, di rumah aku aja. Biar Bi Nina yang jagain aku," ucap Mutia menggeleng sambil menatap mata Aidan dengan lembut, Aidan masih tetep kekeh melenceng dari ucapan gadisnya. "Kok, ke rumah kamu?" tanya Mutia kaget.

Mereka sudah sampai tepat di depan garasi rumah Aidan yang seperti biasa ada Pak Ilyas sang satpam tampan rumah Aidan ini. "Sutttt! Orang sakit gak boleh bawel, atau gue cemplungin di kolam tuh?" tawar Aidan yang sebenarnya Mutia tidak bisa berenang, makanya soal ancaman bukan cium, atau apalah itu. Ini malah ke perairan.

"GAKKK! Iya-iya Pak Dokter," sahut Mutia terpaksa, "telpon dulu Mamaku, entar khawatir," sambungnya setelah Aidan mulai menggendongnya kembali.

Mampu membuat Bi Narsih dan Pak Ilyas saat melihat Aidan menggendong Mutia yang pucat sekali. "Assalamualaikum, Ma," ucap Aidan terlebih dahulu, Risha yang melihat Mutia yang telah digendong dan membawanya ke tempat tidur Aidan pun langsung menanyakan sesuaitu kepada calon mantunya itu.

***
"Sekarang dia perlu istirahat penuh, selama 3 hari. Jadi, kemungkinan dia juga sangat perlu orang untuk berkeluh kesah dihari-hari itu," ucap Dokter yang langsung membuat Risha dan Aidan mengangguk.

"Dan, kamu samperin Mutia deh. Oke deh, kamu boleh rawat dia tapi jangan macam-macam, awas aja," ujar Risha yang mulai mengantarkan Dokter Austin ke depan rumah mansion serba putih ini.

Aidan yang disuruh ke gadisnya pun langsung saja menghampiri dan mengambil kursi kecil untuk duduk di samping Mutia yang sedang istirahat.

"Makanya jangan petakilan kalau hidup tuh," celetuk Aidan yang mulai mengusap rambut Mutia perlahan. Mutia pun langsung membuka matanya dan terkejut ketika wajahnya dan wajah Aidan sangat dekat sekarang.

"Kenapa natapin segitunya? Emm ... mau ekhem ya?" goda Aidan yang langsung Mutia dorong kedua pundak Aidan, untungnya tak terpental jauh. "Bilang aja mau 'kan? Bilang aja," goda Aidan kembali, Mutia mulai duduk.

"Iya, aku mau. Kenapa emangnya?" jawab Mutia yang di luar dugaan Aidan, Aidan terkekeh sambil tersenyum devil kepada gadisnya yang mulai ngawur.

"Sok iya deh, tapi kalau boleh sih ayo," ucap Aidan yang mulai menaiki kasur dan ikut berbaring di samping Mutia yang mampu membuat suasana menjadi awkward.

Tiba-tiba Mutia merasa menggigil, demamnya sangat manja. Mutia sesekali menggosok-gosokkan tangannya yang mampu membuat pemuda yang tadinya terdiam pun langsung menoleh ke gadis yang sedang memakai infus.

"Kenapa heum ...? Dingin ya, Neng? Perlu selimut bernyawa?" goda Aidan kembali lagi, Mutia hanya terdiam malu. Tanpa ba-bi-bu lagi Aidan mulai melingkarkan tangannya dan menenggelamkan kepalanya tepat di pundak gadis yang sudah menjadi diam membeku.

"Gimana hangat?" bisik Aidan dengan lembut, mampu membuat Mutia semakin tak berkutik. "I-iya ...."

***

___Tbc

See My Crush (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang