Bab 10: Jogging

209 29 3
                                    

Pagi sudah datang kembali, membangunkan gadis yang tadinya urak-urakan sekarang sudah sangat rapi dengan balutan baju kesual untuk joggingnya pagi ini bersama Arden yang tumben sekali.

Arden sedang menyantap rotinya bersama sang ayah Baron, Marion yang baru saja melepas celemeknya terkejut melihat anaknya yang sudah sangat rapi dengan baju trening dan rambut dicepol yang menambahkan aura kecantikan dari Mutia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arden sedang menyantap rotinya bersama sang ayah Baron, Marion yang baru saja melepas celemeknya terkejut melihat anaknya yang sudah sangat rapi dengan baju trening dan rambut dicepol yang menambahkan aura kecantikan dari Mutia.

"Mau kemana? Sarapan dulu," tanya Marion yang hanya didiamkan oleh Mutia yang sudah menuju meja dan duduk di samping Arden. "Tumben lo ke gini? kita jogging sampai mana?" tanya Arden kepad Mutia yang masih melahap roti panggangnya. "Sampai stres gue hilang," sahutnya yang mampu membuat Baron menggeleng-geleng.

Baron sudah selesai sarapan pun langsung beranjak, "Mau kemana, Pah?" tanya Arden kepada sang Ayah. "Mancing kaya biasa, Mama sama Papah mau ke sawah Nenek dan Kakek kalian. Jadi, kalian pas selesai jogging jangan kemana-mana, atau nanti kalau ada keperluan lapor sama Bi Nina," ujar Baron yang mulai masuk ke dalam Kamarnya untuk berkemas.

"Jangan kelayapan, Arden jagain Mutia ya. Awas aja kalau ada laporan yang gak enak," ucap Marion yang mulai merapikan bekas sarapan dibantu Bi Nina. "Gue tunggu di luar," seru Mutia yang mulai meninggalkan piringnya dan menuju depan rumah.

Namun, saat Mutia baru saja memasang sepatunya tepat di hadapannya sudah ada seorang pemuda yang kebetulan tetangganya yang memang suka pada Mutia. "Lagi mau jogging? Gak ngajakin gue?" tanyanya yang mampu membuat Mutia terkejut.

Hampir saja terjengkal, namun pondasi tubuh Mutia bisa bertahan. "Lo bisa gak sih permisi dulu, atau kagak usah ada dah, di kehidupan gue!" ucap Mutia yang mulai bangkit dari duduknya dan mulai sedikit menjauh dari pemuda yang sudah nyengir. Tangkas mulai merayu kepada Mutia yang sudah risih.

Mutia mendesih risih, "Ck, katanya sahabat, tapi, ko munafik," Mutia mulai masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Tangkas tipikal cowok playboy alias fuckboy yang memang mengincar Mutia sebelum adanya Keandra di hidupnya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Arden santai kepada Tangkas yang memang kadang baik, kadang ada maunya, kadang ya gitu dah. "Gue mau jogging nemenin ayang bebeb gue, salah ya?" tanya Tangkas yang begitu ngaco.

Mutia mulai berjalan terlebih dahulu pada ke dua pemuda itu, Arden belum tahu kalau Mutia itu pacaran dengan Keandra sahabat pergeng-an Tangkas. Tangkas tetangga Mutia yang baru pindah 2 minggu yang lalu. "Ouh Mutia, banyak juga dia punya gebetan," ujar Arden yang mulai berjalan di belakang Mutia. "Emang siapa aja? Yang gue tau cuman gue seorang," kata Tangkas yang begitu pede mampu membuat Mutia muak dengan ocehannya. Mutia mulai memasang earphone-nya tepat di kedua belah telingannya.

Arden dan Tangkas mulai menghampiri Mutia untuk jogging bersama satu arah. Mutia berada di kiri Arden, sedangkan Tangkas berada di kanan Arden. Setiap langkah mereka selalu di tatapi oleh banyak pasang mata.

"Ganteng banget, itu kan Arden Ketua osis!"

"Sumpah, gue- Awww melayang dedek bang!"

"Alay banget dah mereka gitu aja digemarin, lah gue bosen lihat dia mulu tiap hari," celetuk Mutia sambil melirik datar ke cewek-cewek yang baru saja menyebut-nyebut nama Arden. Se-famous itu kah kakaknya.

Pada jam tepat pukul 10.00 waktu indonesia barat, ketiga remaja itu sudah berada tepat sebuah kedai yang mana banyak sekali pengunjungnya seumuran dengan mereka pada hari minggu ini. Mutia mulai memainkan benda pipih canggihnya.

Mutia mulai tersenyum dikarenakan dia baru saja selesai berbalas pesan dengan sang pacar ya Keandra. "Senyumnya ngalahin indahnya Gunung Fuji!" ucap Tangkas yang langsung dipukul oleh Arden. "Mau mati di mari Lo?" tanya Arden.

Tring.. Tring..

Hp Mutia tiba-tiba berdering dan Mutia mulai mengangkat tepat di hadapan sang Kakak dan Tangkas.
"Hallo, kok nelpon sih?" celetuknya. Mampu membuat Arden dan Tangkas mengernyit.

"Siapa?" tanya Arden yang diabaikan oleh Mutia saja.








.....
Mereka ngapain aja ya selanjutnya?
btw, jangan lupa KOMENNYA DONGGGG

INITINYA LOPEYU❤😗

See My Crush (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang