Part 58✨Bella

9.1K 503 70
                                    

Happy reading.

"Patah hati hanyalah segores warna dari kisah cinta. Jangan biarkan itu membuatmu berhenti untuk
mencintai nya."
-Keyzia.
.
.
.
.
.

Zia membuka matanya saat alarm pertamanya berbunyi pukul setengah 5 pagi.

"Eughh." Zia mengucek matanya ia duduk di ranjangnya untuk mengumpulkan nyawanya.

Zia melihat sekeliling kamarnya ia terkejut saat melihat Elard tertidur di meja belajarnya.

Zia ingin mendekat ke arah Elard namun, dirasa perutnya terasa sakit kembali. Zia tetap berjalan ke arah Elard dengan membawa selimut di tangannya. Ia langsung menyelimuti Elard.

Zia tidak ada maksud ingin membangunkan Elard tetapi tiba-tiba Elard terbangun.

"Lo udah bangun?" Tanya Elard khas orang bangun tidur.

"Iya udah, kak El kok tidur disini?" Tanya Zia.

"Gue ketiduran," jawab Elard.

Zia langsung terfokus ke buku matematikanya di depan Elard.

Zia mengambilnya dan membukanya, tidak tau kenapa Zia langsung tersenyum dan cengengesan seperti orang gila.

"Kenapa lo?" Tanya Elard.

"Zia seneng aja. Makasih udah di kerjain semua pr Zia. Padahal Zia nggak minta loh tapi tetep di kerjain kak El emang peka," ucap Zia.

"Gue emang baik. Beruntung kan lo dapat tunangan kayak gue, udah ganteng, kaya, pintar, baik lagi," sombong Elard yang membuat Zia menjebikkan bibirnya.

"Dih kak El pede nya selangit." Zia menampakkan wajah ogah-ogah an.

"Apapun yang gue bilang itu real."

"Terserah kak El mau bilang apa. Intinya makasih banyak udah ngerjain semua tugasnya Zia. Zia sayang kak El," ucap Zia yang langsung mencium pipi Elard lalu ia ngacir ke kamar mandi menutupnya dan menguncinya.

"Zia gue nggak izinin lo buat cium gue. Lo ambil start gue," ucap Elard menggedor pintu kamar mandi.

"Biarin wlee!" Ujar Zia dari dalam kamar mandi.

Elard pasrah ia langsung pergi ke kamarnya untuk mandi.

***

Elard sekarang berada di meja makan berkutat dengan ponselnya ia tak memandang ke arah lain walaupun di depannya ada banyak makanan.

Tak berselang lama suara orang menuruni tangga membuat perhatian Elard teralihkan.

"Lo mau sekolah?" Tanya Elard saat Zia sampai di meja makan dan duduk di hadapannya.

Zia mengangguk antusias. "Iya," jawabnya.

"Lo masih sakit, nggak usah sekolah, nanti kalau kumat gimana, mending kalau ada gue kalau tidak," peringat Elard.

"Zia udah sembuh kak, pengen sekolah," ucap Zia.

"Nggak usah ngeyel Zia."

ELARD DAN ZIA (END✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang