SEMBILAN

8.3K 571 20
                                    

Sudah direvisi✅

Lewat pantulan cermin di hadapannya, Zendra mengaca seraya mengacak-acak rambutnya yang basah dengan handuk kecil berwarna putih agar rambutnya cepat kering dengan kaos berwarna hitam dan kolor berwarna hitam juga yang di pakainya, pakaian sederhana yang benar-benar sangat nyaman di pakai di dalam rumah.

Rasanya sangat lelah beraktivitas seharian penuh, jam kini sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam setelah Zendra pulang dari ekskul dan harus melewati macetnya jalanan di jam-jam pulang kerja, Zendra berniat memutuskan beristirahat dan tidur sebentar selama tiga puluh menit setelah dia mandi dan bersih-bersih kamarnya.

"ABANGG ZAKI PULANG!"

Zendra menoleh ke arah pintu kamarnya saat mendengar suara cempreng Zaki yang sepertinya baru saja pulang mengaji. Zendra menaruh handuk kecilnya pada kursi belajarnya lalu berjalan membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju ruang tamu rumahnya.

"Ngajinya gimana? Kok cemberut gitu," Tanya Zendra kepada Zaki, heran dengan raut wajah anak laki-laki itu yang tampak tertekan.

"Zaki bersalaman kepada kedua orang tuanya dan Zendra. Zendra langsung terduduk di sebelah Yola.

"Ayah, bunda, Zaki lelah mengaji, mau berhenti aja. Apa boleh?" tanya Zaki dengan berhati-hati seraya menatap Edy dan Yola takut. "Aku bisa belajar ngaji bareng abang saja, gak mau sama ibu guru," Sambung Zaki.

Zaki melepaskan tasnya dan terduduk di atas karpet dengan wajah lelah. Mendengar ucapan Zaki, Edy langsung mengerutkan keningnya.

"Gak boleh. Kok ngaji capek? Pokoknya enggak," Sahut Edy dengan penuh penekanan. Edy cukup keras kepada anak-anaknya perihal pendidikan, karena itu semua untuk bekal mereka kelak, walaupun cukup keras. Edy tak pernah juga marah-marah dalam membimbing Zendra dan Zaki.

Mengingat bahwa Edy adalah seorang guru negeri yang mengajar siswa dan siswi kelas SMA. Namun memang Edy tidak mengajar di sekolah Zendra.

"Kamu merasa capek, karena kamu belum terbiasa sayang. Kamu baru mencoba mengaji saja baru dua Minggu. Kalau sudah biasa, ayah jamin Zaki tidak akan merasa lelah, Zaki akan terbiasa," Tutur Edy..

"Zaki hari ini mengaji belajar apa aja, nak?" Tanya Edy.

"Hafalan, Zaki lelah, ayah. Zaki gak mau menghafal," Rengek Zaki seraya memanyunkan bibirnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Melihat ekspresi wajah Zaki yang menggemaskan membuat Zendra tersenyum gemas lalu mencubit gemas pipi Zaki membuat Zaki meringis dan berteriak.

"ABANGGG!"

"Bang." Yola menatap sinis Zendra dan memukul bahu Zendra menegurnya agar tidak terus-menerus menggoda Zaki.

"Gak boleh gitu Zaki, masa ngaji doang capek," Ucap Zendra.

"Tuh, lihat abang. Zaki katanya mau kayak abang, mau pintar dan punya prestasi banyak kayak abang. Nah, kalau Zaki mau seperti abang, jangan bermalas-malasan belajarnya sayang," Nasehat Yola.

Mendengar itu, Zaki langsung terdiam dan mencerna perkataan sang bunda. Zaki menatapi lemari yang penuh dengan piala milik Zendra, piala dengan ukuran tidak tentu, ada yang tinggi dan juga pendek, ada juga beberapa sertifikat serta medali yang Zendra berhasil raih dan dapatkan dalam ajang lomba yang diikutinya.

 NAZENDRA ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang