DUA BELAS

7.6K 546 15
                                    

Meysha terduduk di atas kursi panjang angkutan umum seraya menatap pemandangan jalanan dari dalam kaca jendela angkutan umum yang tengah di tumpakinya. Sesekali Meysha tersenyum, tidak bisa membayangkan betapa berbunganya Mahen saat sedang jatuh cinta. Sebenarnya dia tidak marah saat mengetahui bahwa Mahen ternyata sedang kasmaran dengan gadis terkenal di sekolahannya. Yang membuatnya kesal adalah, Mahen menyembunyikan hubungan spesialnya kepada Meysha dan bersikap seakan-akan lupa bahwa Mahen memiliki seorang adik.

Namun, saat sedang senyum-senyum sendiri, tiba-tiba saja angkot yang di tumpakinya tiba-tiba saja terhenti membuat para penumpang menggerutu tidak jelas.

"Aduh, kenapa bang?"

Meysha menatapi para penumpang angkutan umum yang tampak gelisah melihat gelagat sang sopir. Namun, Meysha memilih untuk berdiam diri daripada harus ikut-ikutan mengoceh tidak jelas.

"Maaf banget ya ibu-ibu, angkotnya mogok nih, kalau di benerin dulu bisa sampai dua jam. Kalau mau ibu-ibu berhenti di sini, gak apa-apa tidak usah bayar bu," Ucap sang sopir yang sepertinya sudah peka jika dia meminta bayaran dengan posisi angkot yang mogok di tengah jalan, bisa-bisa dia di demo para penumpang apa lagi ibu-ibu.

"Yah, gimana sih nih angkot!"

"Ya ampun, ada-ada aja sih bang."

Satu persatu penumpang angkot turun, begitu juga dengan Meysha. Saat Meysha hendak membayar setengah uang angkot, sang sopir angkot menolaknya.

"Gak apa-apa neng, uangnya di simpan saja," Tolaknya.

Meysha menggeleng. "Gak apa-apa pak," Meysha kekeh memberikan uangnya kepada sang sopir.

Melihat sikap baik Meysha di antara penumpang lain yang memilih untuk menaiki angkot lain membuat sang sopir tersenyum dan mengambil uang itu. "Terimakasih ya neng. Maaf ya sekali lagi, angkotnya malah mogok," Ucap sang sopir tak enak.

Meysha mengangguk. "Iya pak, gak apa-apa." Setelah itu, Meysha berjalan pergi dari sana meninggalkan sang sopir angkot yang tampak sedang mengotak-atik mesin mobilnya.

Meysha berdiri seorang diri di pinggir jalan berharap ada angkutan umum yang lewat di sana. Namun, sudah beberapa menit menunggu, Meysha tidak sama sekali tidak melihat ada angkutan umum yang lewat di sana. Namun di tengah keheningan itu, tiba-tiba saja ada sebuah motor yang melaju mendekatinya dan berhenti tepat di hadapannya. Meysha tersenyum melihat kedatangan Putri dan Zendra yang tampak sepertinya tengah pulang bersama.

"Eh Putri, kak Zendra," Sapa Meysha.

"Lo ngapain di sini sendiri, Mey? Mau kerja kelompok juga, ya?" Tanya Putri dengan wajah bersemangat.

"Enggak, kerja kelompok apa?"

Meysha menatap ke arah cafe yang berada tepat di seberangnya, di sana tampak ada beberapa teman-teman kelasnya yang tidak cukup akrab dengan Meysha. Namun, sayangnya Meysha dan Putri tidak ada di dalam satu kelompok.

"Oh, kamu mau kerja kelompok kah di sana?" Tebak Meysha.

"Yoi, nah lo sendiri ngapain di sini? Mau ikut? Boleh banget ikut!" Ajak Putri seraya menggandeng tangan Meysha.

Meysha menggeleng. "Enggak, aku tadi mau pulang naik angkot, ternyata angkotnya mogok. Jadinya, aku harus naik angkot lain," Ucap Meysha menjelaskan seraya menunjuk ke arah angkot yang terhenti di pinggir jalan yang tidak jauh dari mereka.

 NAZENDRA ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang