EMPAT BELAS

7.2K 528 15
                                    

Secangkir kopi hangat tersaji di hadapan gadis yang tengah mengetik keyboard laptopnya, matanya fokus menatap tugas makalah di hadapannya, tugas yang tidak henti-hentinya. Rasanya ia ingin mengatakan bosan karena tugas sekolahnya hanya itu-itu saja, seperti membuat makalah, presentasi dan membuat power point. Sangat membosankan.

Meysha terduduk di ruang tamu rumahnya bersama dengan Sera yang sesekali memperhatikan Meysha tengah mengerjakan tugas.

"Fokus banget sih sayang, lagi ngerjain tugas apa?" Tanya Sera penasaran.

Meysha mendongak. Gadis itu tersenyum. "Biasa tante, makalah, always," Jawab Meysha.

Sera terkekeh. "Pantas, kamu fokus banget begitu. Mau begadang juga tuh sampai bikin kopi?"

Meysha mengangguk. "Iya tante, soalnya besok sudah mendekati deadline tugasnya."

"Oh iya nak, besok, tante dan om harus berangkat kerja subuh karena ada pekerjaan mendadak yang harus membuat kami datang pagi, buat sarapan besok tante siapkan yang langsung cepat saji saja ya? Yang tinggal di panasin aja," Ucap Sera memberitahu.

"Iya tante," sahut Meysha.

"Ke mana kakakmu, sudah malam begini belum pulang?" Tanya Heru yang khawatir seraya menatapi jam yang sudah menunjukkan pukul delapan malam.

"Kayaknya kerja kelompok, soalnya kelas dua belas itu udah banyak kerja kelompok praktik gitu," Jawab Meysha berbohong. Tak mau mengakui bahwa Mahen tengah jalan bersama kekasihnya.

"Kerja malam sampai malam begini? Sera, suruh Mahen pulang!" Seru Heru.

"Nanti juga pulang kok mas, Mahen bukan anak-anak," Ucap Sera mengingatkan Heru yang terlalu khawatir kepada Mahen dan juga Meysha. Bagaimanapun, Mahen dan Meysha sudah di anggap seperti anak kandungnya sendiri.

Heru hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan berjalan keluar rumah, menunggu kepulangan Mahen dengan duduk di depan teras.

🧚🏻‍♀️🧚🏻‍♀️

Keesokan harinya, Meysha cukup tergesa-gesa untuk bersiap-siap dan berangkat sekolah karena Meysha telat bangun pagi akibat begadang semalaman dan ternyata juga Mahen sudah terlebih dahulu berangkat sekolah tanpa membangunkannya. Namun, Meysha melihat sebuah surat dengan sebungkus makannya cepat saji dari Sera yang sepertinya di buatkan oleh Mahen untuknya.

Meysha mengambil surat itu dan membacanya. Di sana tertulis.

"Dek, maaf kakak berangkat duluan soalnya harus jemput Gena. Buat sarapan kamu, udah kakak siapin, tinggal di makan, itu ongkos naik angkotnya ada di bawah piring."

Meysha menghela napasnya kasar, hari pertam datang bulan dan Meysha tentu saja sangat sensitif, emosinya naik turun. Saat itu juga Meysha yang kesal dengan Mahen yang tak membangunkannya dan pergi meninggalkannya sekolah begitu saja langsung menangis sejadi-jadinya.

Tak bisa berkata-kata, gadis itu hanya bisa menangis terisak. Beberapa kali Meysha menghapus air matanya dengan ibu jarinya, merasa sangat sedih dan prihatin dengan dirinya sekarang.

Meysha yang sudah kesal memutuskan untuk tidak memakan makanan yang sudah Mahen siapkan untuknya. Karena sudah siap juga untuk berangkat sekolah. Jadi, Meysha memutuskan untuk berangkat sekolah dan tidak memakan bubur pemberian Mahen dan terlanjur kesal dengan Mahen mengingat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.

 NAZENDRA ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang