•28•

78 16 2
                                    

Benar-benar diluar dugaan Rana, ternyata tawuran kali ini terjadi di jalan raya yang sepi. Mau tak mau, semua pasukan Diponegoro harus menyerang pasukan Garuda. Rana akan buktikan kepada Rama kalau ia berhasil membawa nama baik untuk Diponegoro. Namun kini gerimis mulai melanda, Rana semakin kewalahan melihat pasukan musuhnya yang masih berdiri tegak seperti pasukannya, mereka akan balas dendam kali ini, hal ini tak akan dibiarkan oleh Rana.

Suara gaduh, rintik air, alat perang, teriakan, seragam robek, semuanya menjadi satu. Rana tak henti-hentinya menyerang setiap lawannya dibantu oleh Rama dan teman-temannya. Baru kali ini Rana merasakan tawuran yang berada diluar sekolah, dan dipimpin olehnya. Walaupun ia sudah mulai menyerang banyak orang, namun tak satupun musuhnya tumbang ataupun menyerah.

"CINDY!! TENDANG!!"

Rana berteriak ketika melihat Cindy sudah jatuh ditanah dengan gadis rambut panjang tengah mengacungkan pisaunya didepan dada Cindy yang naik turun. Rana ingin menolong tapi kini musuh didepannya bertambah banyak.

Duak!

Rana yang sedang menyerang musuhnya itu tersenyum ketika Cindy berhasil menendang perut gadis yang menyerangnya hingga gadis itu tersungkur di tanah dan pisaunya jatuh. Rana semakin bersemangat ketika mendapatkan dukungan dari teman-temannya.

"Ayo, Na! Demi Diponegoro!"

Rama membisikinya dan Rana hanya mengangguk. Rana meraih kayu saat dua pemuda datang kearahnya sambil membawa tongkat kasti. Tanpa Rana sadari, Lexa datang kearahnya sambil membawa kayu untuk membantunya menyerang pemuda itu.

Tak!

Tak!

Suara kayu bertumbukan membuat tangan Rana bergetar, namun sekuat tenaga ia menahan tongkat kayu itu lalu mendorongnya hingga pemuda yang menyerangnya itu menggeram kesal.

"Lo! Cewek yang mukanya gue tandain sekarang jadi pemimpin Diponegoro! Nggak akan gue biarin lo menang kali ini!" pemuda itu menatap Rana benci.

"AYO SERANG, NA!!"

Lexa berteriak lantang. Rana akhirnya berhasil mendorong pemuda itu hingga jatuh ke tanah. Rana langsung meninju rahang pemuda itu dengan kasar dan berkali-kali hingga bibir tebal itu sobek.

Pemuda itu merintih kesakitan. "Bangsat lo!"

Sedangkan disisi lain Ala sedang menyerang dua gadis yang membawa rantai berduri dan pisau tajam. Ala hanya membawa kayu, tapi beruntung sekali kayu yang ia bawa ini diberi paku oleh Kak Rama. Walaupun suara gaduh, teriakan, bahkan umpatan sangat keras, Ala tetap fokus untuk menyerang dua gadis didepannya ini.

"MATI LO SAMPAH!!"

Gadis dengan seragam ketat itu mulai mengangkat rantainya diudara dan siap mengenai pinggang Ala. Namun dengan secepat mungkin Ala memukul tangan gadis itu dengan kayu yang ia bawa, alhasil rantai itu terhempas entah kemana dan tangan gadis itu mengalirkan darah segar akibat terkena paku.

"ANJING SAKIT!!" gadis itu memegangi tangannya yang terus keluar darah sambil terduduk lemas.

Sret!

"AAUUU!!"

Ala memekik ketika pisau tajam itu berhasil merobek lengan seragamnya, beruntung lengannya belum tergores. Ala menoleh kearah gadis yang membawa pisau tadi lalu melayangkan kayu yang ia bawa kearah gadis itu namun gadis itu berhasil menghindar.

"Lo pikir gue nggak jago?" gadis itu tersenyum sinis membuat Ala berdecih, lihat siapa yang akan tumbang di tawuran kali ini.

Ala menendang betis gadis itu hingga ia mundur beberapa langkah. Ala melayangkan lagi kayunya yang hampir mengenai gadis itu, namun gadis itu berhasil melindungi dirinya dengan pisau yang sudah menancap dikayu yang dibawa oleh Ala. Kini Ala tersenyum lalu menarik kayunya dan mencabut pisau itu dari kayu.

troublemaker squad [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang