"Nggak kerasa bentar lagi kita ujian sekolah habis itu langsung UN,"
Tepat hari ini, hari Jumat, jam setengah enam sore- Rana, Ala, Lexa, Joisa, Lucas, Theo, Gio, dan Kapten tengah berkumpul bersama di cafe milik mamahnya Joisa. Mereka menyempatkan waktu untuk berkumpul sebelum mereka kembali untuk mempersiapkan ujian. Beberapa minggu terakhir, mereka sudah jarang bertemu ataupun bertegur sapa karena terlalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Ala meletakkan cup minumannya diatas meja. "Bener banget, rasanya baru kemarin kita naik kelas 12 eh sekarang mau lulus," ia menyetujui ucapan Lexa.
"Karena lebih cepat itu lebih baik," celetuk Kapten membuat mereka semua mendesah kecewa.
"Gue malah belum siap kalo kita semua pada pisah buat nerusin pendidikan, nggak enak aja gitu rasanya temen yang udah akrab malah dipisahin," Lucas tersenyum kecut sambil menyenderkan punggungnya.
"Bisa kumpul lagi kan?" Theo menaikkan alisnya.
"Iya tapi kan bisa kalo ketemu setiap hari," jelas Lucas. Tinggal menghitung beberapa hari lagi ia akan menghadapi yang namanya ujian sekolah, rasanya ia ingin kembali ke kelas 11.
"Kenapa ribet? Kan bisa satu kampus nanti," Joisa mengangkat suara membuat semuanya menoleh kearahnya.
"Kalo enggak satu kampus?" ucapan Rana membuat semuanya menyipitkan matanyanya.
Joisa menepuk jidatnya sebentar. "Yaelah! Doain aja satu kampus! Lo sukanya bikin overthinking mulu!" ia melipat tangannya didepan dada kesal.
"Tapi apa yang dibilang Rana itu bisa jadi sih. Siapa tau kita daftar di kampus yang sama tapi kalo ada yang nggak keterima kan sama aja pisah," Rana langsung menjentikkan jarinya setelah mendengar ucapan Gio.
"Itu yang gue maksud!" ujar Rana santai.
"Janganlah, yakin aja kalau bisa satu kampus," Ala melengkungkan bibirnya.
"Amin, love, biar kita bisa satu kampus, oke?" Gio mengelus punggung tangan Ala dengan lembut dan mengundang banyak tatapan tajam disini.
"Nggak ada acara love-love! Pulang sono kalo mau love-lovean huh!" Lucas menjitak kepala Gio. Gio hanya meringis lalu ia menyengir lebar.
"Udah deh mending kita bahas yang lain dari pada jadi ribut begini. Lagian kita masih punya banyak waktu buat kumpul kayak gini lagi," si positive vibes alias Lexa itu mengalihkan pembicaraan.
"Kira-kira lo pada mau ambil sarjana apa? Atau yang lain?" tanya Kapten. Terlihat sekali teman-temannya itu tengah berfikir.
"Gue disuruh sama nyokap ambil sarjana pendidikan," jawab Gio membuat semuanya menoleh kaget.
"Heh! Ngapain coba ngambil sarjana pendidikan? Entar kalo lo jadi guru gimana coba? Murid lo jadi geblek semua!" Lucas tertawa sambil menepuk pundak Gio.
Gio memukul lengan Lucas. "Nggak usah ngehina lo! Gue bakal buktiin nanti kalau gua bakal lulus sarjana pendidikan habis itu jadi guru kalo bisa jadi dosen!" ia tidak terima karena Lucas meragukan bahkan menghinanya.
"Beneran mau sarjana pendidikan lo?" tanya Rana memastikan.
Gio mengangguk. "Gue yakin aja, keputusan emak emang yang terbaik," ucapnya yakin. Siapa tau dia benar-benar jadi guru kan?
"Cakep bener dah, lo yang lain gimana?" tanya Kapten lagi.
"Farmasi? Gue pengen nyoba farmasi," ucap Theo.
Lucas menoleh kaget. "Keren dong?! Gue ambil apa ya?" gumamnya.
"Psikologi aww! Gue pengen banget!" Lucas kembali menoleh kaget tapi kini ia menoleh kearah Ala, adiknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
troublemaker squad [SELESAI]
Teen FictionCerita masih lengkap ✔ • bahasa kasar • masih banyak typo • sedang direvisi Ini adalah cerita tentang persahabatan tiga gadis dari kecil hingga dewasa. Beberapa masalah sering mereka alami dalam menjalani persahabatan, namun tak satupun dari mereka...