"Kak, kalau misalnya Kei minta ditemenin makan di kantin boleh nggak?" tanya Kei sambil menunduk takut akan balasan yang akan diberikan Theo kepadanya.
Ya, Kei meminta Theo untuk menemaninya makan di kantin berdua. Sedangkan Theo, pemuda pendiam itu melihati Kei dengan tatapan bingung. Pasalnya, gadis ini jarang sekali berbicara dengannya tapi kenapa dengan tiba-tiba gadis ini datang lalu mengajaknya makan bersama di kantin.
Aneh bukan?
"Emm mau ya, kak?" pinta Kei sambil menyentuh tangan Theo.
Theo meringis. "Lain kali aja," tolaknya halus membuat Kei merubah wajahnya menjadi masam.
Kasihan tapi gue ogah. Batin Theo.
"Kenapa nggak sekarang aja? Janji deh nggak lama-lama," Kei menunjukkan dua jarinya berusaha membunjuk Theo.
Theo menghela nafasnya jengah. "Kenapa nggak sama temen lo?" tanyanya balik.
Kei terdiam seketika sambil memikirkan jawaban yang logis untuk ia katakan. "Emm.. Mereka pada nggak mood ke kantin, terus Kei cuma lihat Kak Theo disini ya udah Kei minta ditemenin sama Kak Theo,"
Alesan.
"Ya udah tapi gue nggak bisa lama-lama," balasan Theo mampu membuat Kei melotot tak percaya, namun sebisa mungkin gadis itu nampak biasa saja.
Kei tersenyum tipis lalu ia berjalan bersama dengan Theo menuju kantin. Pipinya bersemu merah sampai mereka tiba di kantin. Dengan seenak jidatnya Theo langsung duduk tanpa memikirkan Kei yang masih berdiri ditempatnya.
"Kak, nggak mau pesen? Biar aku yang pesenin deh," Kei menepuk pundaknya dari belakang.
Theo hanya menggeleng lalu ia memainkan handphonenya. Kei berusaha sabar, ia pergi untuk memesan makan dan minuman untuknya. Mata Kei melirik sebuah minuman isotonik dengan plester warna biru, ia mengambil minuman itu untuk Theo.
Setelah pesanannya jadi, Kei langsung kembali ke mejanya lalu duduk berhadapan dengan Theo sambil meletakkan minuman isotonik itu didepan Theo. Pemuda itu sedikit menyingkirkan handphonenya dari pandanganya dan melihat minuman isotonik dingin itu.
"Itu Kei beliin buat kakak, kasihan kalau kakak cuma diem sambil menemenin Kei makan," jelas Kei.
Minuman soda dong. Batin Theo. Udah dikasih masih aja ngomel.
Theo mengambil botol itu. "Thanks,"
Theo kembali fokus kepada handphonenya. Kei melihati Theo yang sedari tadi hanya bermain handphone tanpa bersuara.
"Kak, kak," panggil Kei membuat Theo mendongak kearahnya.
Berisik. Batin Theo.
"Hm?"
"Cobain deh ini enak tau," Kei menyodorkan sesendok nasi soto kearah Theo.
Pemuda itu menggeleng kecil. "Nggak usah, lo makan aja," tolaknya lembut karena merasa tidak enak sekaligus risih dengan Kei.
Disisi lain, gadis berambut cokelat tengah melihati mereka berdua secara diam-diam. Niatnya ia hanya ingin membelikan minum namun malah dihadiahi pemandangan yang membuat matanya pedas namun ia masih setia melihati pemandangan itu. Tangannya meremat botol Nu Green Tea, ia menggigit bibir dalamnya lalu berjalan keluar dari kantin setelah membayar.
Gadis itu adalah Rana. Rana disuruh membelikan Ala dan Joisa minuman teh dingin itu, awalnya ia sudah menolak mentah-mentah namun dua sahabat kampretnya itu memelas sampai membuatnya muak dan akhirnya mau membelikan. Ia sudah menebak ada sesuatu yang tidak enak akan terjadi, dan benar saja ia malah disuguhi pemandangan Theo dan Kei yang suap-suapan nasi soto.
KAMU SEDANG MEMBACA
troublemaker squad [SELESAI]
Teen FictionCerita masih lengkap ✔ • bahasa kasar • masih banyak typo • sedang direvisi Ini adalah cerita tentang persahabatan tiga gadis dari kecil hingga dewasa. Beberapa masalah sering mereka alami dalam menjalani persahabatan, namun tak satupun dari mereka...