•43•

70 14 2
                                    

Rana duduk disalah satu bangku di kantin kampus sambil membawa bindernya. Sudah dua semester ia menjadi mahasiswi di kampus ini, dan selama dua semester itu juga hidupnya berjalan biasa-biasa saja. Tidak ada satupun mahasiswi lain yang minat berkenalan dengannya, selain wajahnya yang terlihat garang, sifat gadis itu juga ketus. Hal itu membuatnya tidak punya teman selain Lucas, Gio, dan Theo.

Yaaa masih temenan sama Theo.

Ditemani dengan segelas kopi susu ini ia termenung. Baru saja ia selesai kelas, ia tidak ada niatan pulang ke rumah karena akan merasa kesepian. Bik Astri pulang ke kampung, keponakannya akan menikah dan mengharuskan ia balik ke kampung.

Ia masih tak mengira kejadian yang benar-benar mengejutkan dua bulan yang lalu. Ya dua bulan yang lalu Joisa dan Kapten resmi berpacaran. Dua orang yang dulu seperti musuh sekarang malah menjalin hubungan. Kapten yang suka duluan, dia nembak Joisa di cafe milik mamahnya Joisa sendiri. Bahkan mamahnya Joisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri.

Sebenarnya malu banget ditembak didepan umum, ada banyak orang yang lihat. Selama berpacaran mereka masih saja ribut tapi nanti akur sendiri. Mirip seperti kakak adik saja. Kebetulan mereka satu kampus, jadi kalau berangkat pasti Kapten menjemput Joisa dulu.

"Dor!!"

Rana yang tengah berfikir itu berdecak ketika Lucas datang. Ngomong-ngomong, pemuda itu masih saja memikirkan Kei yang sudah pergi ke Jepang. Bayangkan saja selama dua semester pemuda itu kerjaannya galau-galau merana sampai bikin quotes-quotes yang bikin orang muntaber. Nope, muntah.

Lucas memilih duduk berhadapan dengan Rana lalu meletakkan tasnya disampingnya. "Udah selesai kelasnya, Na?" tanyanya.

"Hm," sahut Rana malas. Jelas-jelas ia sudah disini berarti kelasnya sudah selesai tapi masih saja pemuda ini bertanya.

"Em, Na,"

"Apa lagi?" tanya Rana.

Lucas mendengkus. "Lo nggak ada niatan pacaran gitu?"

Mean, median dan MODUS

"Nggak!"

"Yaelah judes amat jadi orang, kenapa nggak ada niat pacaran? Lo lihat tuh temen lo tiga-tiganya pada udah jadian, lo doang yang belum," ucap Lucas.

"Pendidikan gue jauh lebih penting. Pacaran bisa nanti kalau udah kerja," Rana meraih kopi susu miliknya lalu meminumnya sebentar.

"Bahas apa?"

Lucas dan Rana kompak menoleh. Ternyata Theo datang, wajah pemuda itu nampak lebih pucat dari biasanya.

"Weh ada pawangnya! Udahlah nggak usah dibahas lagi. Btw, muka pucet gitu kenapa lo? Sakit apa gimana?" Lucas memindahkan tasnya bermaksud untuk tempat duduk Theo namun Theo malah duduk disebelah Rana.

"Eh kampret!" Lucas berdecak.

"Ck, gue lagi nggak enak badan, nggak usah ganggu!" Theo menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangannya yang ada diatas meja.

Rana melirik Theo sebentar. "Lo ada kelas? Kalau ada mending izin,"

Theo menunjukkan wajahnya sedikit lalu ia menggeleng. "Gue harus masuk, masih beberapa menit lagi," ucapnya.

"Heh! Nggak usah sok tegar deh, muka lo udah pucet banget itu. Kasihan entar temen-temen lo takut," Lucas benar-benar membuat kepala Theo lebih berat.

"Biarin, kalau dia masih ada niat buat belajar ya udah terserah dia, asalkan kuat aja buat jalan," Rana malah mendukung Theo.

"Lho kok dukung dia?" tanya Lucas bingung.

troublemaker squad [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang