•68•

73 11 19
                                    

Yooo saya kembali 😀

•  •  •  •

•  •  •  •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•  •  •  •


"Haikal kayaknya nggak mau ditinggal deh," Rana melirik kasihan kearah putranya yang menangis diranjang bayinya ketika sang papah akan berangkat kerja sekarang.

"Ya kan tadi aku udah ajakin dia mainan," Theo menanggapinya dengan santai.

Rana tidak tega. Ia berjalan mendekati Haikal lalu menggendong putranya, kasihan sekali sampai sesengukan anaknya menangis. Haikal memang susah jauh dari papahnya.

Rana membawanya mendekat kearah Theo. "Nggak boleh nangis dong, Haikal,"

"Hei, boy, kenapa kamu menangis? Papa kan mau berangkat kerja, kamu nggak boleh nakal dong. Nanti malam papa sudah pulang," Theo mengusap pipi putranya yang basah.

"Emm paaa!"

"Tadi pagi kita udah mainan loh, masa sekarang papa nggak boleh kerja? Dibolehin ya? Nanti Haikal mau makan apa kalau papa nggak kerja?" Theo sedikit membungkuk mengajak putranya berbicara.

Haikal tidak peduli, ia ingin meminta digendong oleh papahnya sekarang. Bukannya mengambil alih Haikal, Theo malah mengecup rambut tipis putranya lalu melambaikan tangannya.

"Dadah~"

"Aaaaa!!"

Rana tersenyum miris, suara putranya lumayan melengking. Heboh sudah si Haikal didalam gendongannya ketika Theo keluar dari kamar tanpa mempedulikan bayi kecil yang menangis ini.

"Heeuu!!"

Rana mengusap punggung kecil Haikal. "Nggak boleh nangis, main sama mama ya sebentar lagi habis Haikal makan siang,"

Malang sekali putranya.

"Eh eh lihat itu ada cicak!"

Ia berusaha mengalihkan perhatian Haikal agar tidak menangis. Namun sama saja hasilnya, Haikal tetap menangis sambil menggigit jempolnya.

Rana dari dulu tidak suka yang namanya berisik, apa lagi tangisan seperti ini membuat telinganya hampir pecah.

"Berhenti dong nangisnya, Kal," Rana menimang-nimang Haikal, memberinya mainan namun Haikal tidak menggubris.

Diberi susu tidak mau, diberi biskuit kesukaannya juga tidak mau.

Rana pasrah, ia mengajak Haikal duduk diatas ranjangnya. "Papa biarin kerja dulu, Kal. Nggak boleh nangis dong, kenapa jadi cengeng begini? Haikal kan anak pintar,"

troublemaker squad [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang