• • • •
Ala benar-benar gugup didalam kamarnya, hari ini di rumahnya sudah penuh banyak orang karena ia dan Gio lamaran hari ini. Ala tidak menyangka ternyata tidak main-main mengenai hubungan mereka dalam waktu dekat akan dibawa ke jenjang yang lebih serius.
Ia sudah memakai kebaya dan polesan make up tipis diwajahnya. Dari dalam kamarnya ia menempelkan telinganya pada pintu, mencoba mendengarkan apa yang keluarganya dan keluarga Gio bicarakan diluar.
Tiba-tiba saja ia merasa takut bertemu dengan Gio hari ini, baru mendengar suaranya saja membuat jantung Ala berdetak kencang, apa lagi saat berhadapan dengan Gio nanti.
Mendadak perutnya menjadi mulas ketika gugup seperti ini, tidak mungkin kan ia membuang air besar padahal acara lamaran akan dimulai sebentar lagi.
"Ala! Ayo keluar, acara mau dimulai," mamahnya mengetuk pintu.
"Aelah kenapa sekarang sih, mules gue," gumam Ala, mau tak mau ia harus membuka pintu kamarnya.
"Ah ya ampun cantik banget," mamahnya memuji Ala, gadis itu hanya tersenyum tipis lalu meraka turun dari kamarnya Ala. Banyak yang melihati, hal itu membuat Ala jadi gugup setengah mati.
Mata Ala menangkap sosok tampan yang memperhatikannya, tolong jantungnya sekarang benar-benar ingin loncat dari tempatnya. Gio menatapnya dengan einstein, bagaimana bisa dirinya tidak gugup?
Ia disuruh mamahnya untuk duduk disebelah Gio. Oh astaga rasanya ia ingin menghilang dari sini. Sebisa mungkin ia menunjukkan senyum bahagianya.
Ia mencari keberadaan abangnya, ternyata sedang menikmati es sirup didepan pintu sendirian. Sungguh malang sekali pemuda itu, harusnya ia yang lamaran duluan dari pada Ala, tapi malah didului oleh adiknya.
"Gugup nggak?" Gio berbisik.
Ala sedikit terkejut, ia menoleh lalu mengangguk kaku. "I..ya,"
Gio tersenyum. "Padahal baru lamaran ya," ucapnya. "Kamu cantik,"
Pipi Ala bersemu. "Makasih, aku tau aku selalu cantik," ia mencoba membuat lelucon agar tidak canggung.
Gio terkekeh. "Iya, kamu selalu cantik,"
Setelah para keluarga berbincang-bincang cukup lama, akhirnya acara lamaran dimulai. Ala hanya diam memperhatikan tatanan acara yang sedang berlangsung.
Ia melihat kearah cincin yang diberikan papahnya Gio kepada Gio, sembari menerima cincin dalam kotak itu tangan Gio bergetar saking gugupnya. Gio tersenyum miris, berusaha agar tetap terlihat santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
troublemaker squad [SELESAI]
Fiksi RemajaCerita masih lengkap ✔ • bahasa kasar • masih banyak typo • sedang direvisi Ini adalah cerita tentang persahabatan tiga gadis dari kecil hingga dewasa. Beberapa masalah sering mereka alami dalam menjalani persahabatan, namun tak satupun dari mereka...