•57•

60 7 1
                                    

•  •  •  •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•  •  •  •



"Hallo, baby Galaksi,"

Ala menyapa bayi kecil yang sedang digendong oleh Lexa itu, Galaksi nampak seperti bangun tidur dan masih terus menguap. Hari ini rencananya mereka kumpul-kumpul bersama di cafe milik mamahnya Joisa lagi, mereka tidak menemukan tempat nongkrong yang asik selain disitu.

"Hallo, aunty, Galaksi baru bangun tidur," Lexa menepuk-nepuk pelan bibir Galaksi yang tengah menguap.

"Udah besar ya, pipinya tembem banget," Joisa mengusap pipi Galaksi, merasa gemas melihat bayi kecil yang umurnya sudah enam bulan ini.

"Hmmh.. Mmaa," Galaksi mulai merengek, menyembunyikan wajahnya pada dada ibunya.

"Ululu kamu haus ya?" tanya Ala. Galaksi menoleh seolah mengerti apa yang dikatakan oleh Ala.

Lexa terkekeh ia membenarkan posisi Galaksi agar dapat ia dudukkan diatas pahanya. Ia meraih botol susu milik Galaksi lalu memberikannya pada putranya. Dengan cepat Galaksi menerima dot itu.

"Ganteng, kamu ditinggal papahmu kerja ya? Iya? Sama mamah ikut main? Hm?" tanya Joisa membuat Galaksi tersenyum.

"Aiii lucu banget pengen bawa pulang," Ala gemas sendiri. Dua gadis itu benar-benar melemah melihat Galaksi yang nampak lucu sambil meminum susu.

Rana hanya diam sambil melihat dua temannya yang rese itu mengajak bayi kecil itu berbicara padahal belum bisa menanggapi secara jelas. Kalaupun bukan karena Lexa yang mengajaknya kesini pasti ia tidak mau.

"Nggak papa ini bawa Galaksi main padahal Kak Rama mau pulang?" tanya Joisa memastikan, ia melihat kearah jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah empat sore.

"Nggak papa kok tadi udah izin," jawab Lexa santai.

Ala melihat kearah Rana yang dari tadi hanya diam. "Na, kenapa lo diem aja? Nggak mau lihat baby Galaksi?"

Rana menggeleng, moodnya sedang buruk. Ia menyandarkan punggungnya, memijat pelan pangkal hidungnya.

"Sa, ada kelengkeng nggak?" pertanyaannya membuat teman-temannya mengernyit bingung.

"Eh ya Allah ini itu cafe, bukan kedai buah," ucap Joisa, jelas saja tidak ada kelengkeng disini.

Rana menggeleng. "Mau kelengkeng,"

"Lo kenapa dah?" tanya Ala, Rana hanya diam sembari menutup wajahnya menggunakan telapak tangan.

Mata mereka nyaris lepas melihat Rana menangis dengan bahu yang bergetar. Karena kaget, Ala dan Joisa mendekati Rana lalu mengusap bahu Rana pelan.

troublemaker squad [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang