Nindy menghempaskan tubuhnya di sofa. Ia masih saja menggerutu, kenapa harus ia yang pergi bersama bos yang ngeselin nya tiada tara. Pengen banget ngebom bos nya itu, tapi ntar dia kerja dimana? Bisa-bisa disuruh ngurus perusahaan ayahnya.
Jika kalian pikir Nindy orang menengah, kalian salah, bisa dibilang sederajat dengan Shandy, tapi ya males aja ngurusin perusahaan orang tuanya.
"Kenapa lo, pulang-pulang gitu. "
"Besok dan dua hari kedepan, gue dapet tugas keluarr kota bareng bos nyebelin itu. "
"Gue do'ain lo jodoh. "
"Beneran gue usir nih. "
"Gue cakep gue diem. "
Sementara itu, keluarga Alfero sedang geger di meja makan. Bukan berebut makanan, tapi sedang menggoda abang tercinta. Tapi yang digoda sih bodo amat, yang penting perut kenyang.
"Pepet bang, cakep kok. "
"Bener San, umi juga setuju kamu sama dia, ya kan bi. "
"Iya, kerja sebagai karyawan aja bagus apalagi sebagai istri. "
"Kalau abang ga mau buat Fiki aja. "
"Rara mau dikemanain, kecil-kecil buaya." Celetuk Shandy.
"Dari pada abang, inget bentar lagi kepala tiga. "
"Cepet cari jodoh San, abi sama umi udah pengen nimang cucu. "
"Aji sama piki ada. Lagian San tuh masih muda, kenapa disuruh nikah. "
"Muda dari mana, kalau kamu ga cepet cari jodoh, biar abi cariin. Tuh temen abi ada yang punya anak gadis. "
"Shandy udah kenyang, assalamu'alaikum. "
Panas rasanya jika terus menerus berada disini. Kenapa harus dia yang ditekan untuk segera menikah? Kenapa kedua adiknya tidak? Padahal sama-sama cowo.
Tapi kalau boleh jujur, ia nyaman bila berada di dekat sekertaris nya itu. Dan membuat Nindy kesal adalah hobinya. Menurutnya Nindy begitu menggemaskan jika dalam keadaan marah.
"Kenapa gue jadi mikirin tuh cewe. Dah lah mending gue tidur. "
Pagi menyapa, Shandy sudah siap dengan koper ditangannya. Ia akan menjemput Nindy terlebih dahulu baru berangkat kekota tetangga. Lagi-lagi ia mendapat godaan dari keluarga nya, untung keluarga kan.
"Pulang-pulang bawa ponakan yah. "
"Lo pikir gue honeymoon? Gue kerja pikacu. "
"Ya barang kali kawin lari. "
"Mau kawin rebahan aja, cape kalau kawin lari. "
"Lo lagi kenapa Ji, ga ikhlas ya gue pergi? "
"Ge'er banget, gue ga ikhlas punya abang dan ade modelan kalian. "
"Sstt udah, jangan pada berantem. Nanti Shandy telat. "
"Shandy berangkat yah, assalamu'alaikum. "
Mobil Shandy mulai meninggalkan pekarangan rumah. Sebenarnya ia malas jika harus jauh-jauh dari rumahnya. Tiada yang lebih nyaman selain rumahnya itu.
"Lama banget kak. "
"Untung gue jemput. "
"Iya bos iya. "
Perjalanan lumayan memakan waktu. Tak ada percakapan yang terjadi diantara mereka, satu males aja dan satu ga tau mau ngajak ngobrol apa.
Karena bosan, Nindy memejamkan matanya, ia memilih pergi ke alam mimpinya.
"Cantik juga kalau lagi tidur. "
"Saya cantik ya pak? Gitu amat liriknya, awas ntar ada semut ditabrak. "
"Ge'er banget. "
Keheningan kembali menyelimuti mereka hingga mereka tiba di kota tujuan. Malam ini mereka akan istirahat di apartemen milik keluarga Alfero.
"Kamar lo ini, tpi inget jangan lupa bangunin gue. "
"Iya."
"Dah sono istirahat, habis makan siang ada meeting kan? "
"Kayaknya."
"Sekretaris nya gue atau lo sih. "
"Eh iya bos. "
Nindy langsung masuk kekamar, ia takut kalau Shandy marah. Orang modelan Shandy, kalau marah nyeremin. Apa aja bisa dibanting sama dia. Ngeri pokoknya.
Bayangin Shandy marah besar. Bisa?
Lumayan bisa.Inget yh ini cerita muncul gitu aja, jadi maaf kalau ada yg kurang nyambung.
Jangan lupa vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Bos Shandy [END✔|| Terbit]
FanfictionTerbit di Firaz Media Publisher Bagaimana jadinya jika kita dijodohin sama bos kita? Apalagi bos nya tuh nyebelin banget, suka nyleneh. Namun, perjodohan ini berbeda dengan perjodohan pada umumnya, yang dibicarakan baik-baik dan bertemu disuatu kes...