PD || Nine

1.4K 88 1
                                    

Happy Reading~

Makan siang pun tiba, keluarga Shandy telah berkumpul di meja makan, yang pastinya plus Zweitson dan Fenly. Eum, Nindy sudah termasuk keluarga Shandy kan?

Tak ada obrolan apapun di antara mereka. Hanya piring dan sendok yang saling beradu. Sedari tadi Shandy memperhatikan Nindy yang menurut nya agak berbeda.

"Lo kenapa? " Bisik Shandy yang hanya dijawab dengan gelengan dari Nindy.

"Bisik bisik tetangga kini mulai terdengar" Ucap Fiki menirukan suara penyanyi aslinya dengan sendok sebagai mic. Sedangkan Nindy menatap tajam kearah bungsu Alfero itu.

"Eh maap kapar, piki berjanda eh bercanda maksudnya" Ucap Fiki sambil mengangkat dua jarinya.

"Kapar apaan Fik? " Bisik Zweitson.

"Kakak ipar, bego banget sih"

"Eh enak aja, ade gue pinter bego dari mana? " Bela Nindy. Ya walaupun kadang ngeselin tapi kalau Zweitson dikata-katain dia ikut pasang badan.

"Salah lagi kan gue" Lirih Fiki.

"Lo emang ditakdirkan begitu" Celetuk Fajri.

"Sudah-sudah malah berantem. Kebetulan ada Fenly sama Zweitson, nanti kita ngumpul diruang tengah yah"

"Wih mau bagi thr ya Bi?"

"Iya" Fiki tersenyum sumringah. Akhirnya dapet duit juga, lumayan kan?

Seperti yang direncanakan, seluruh anggota keluarga berkumpul disini. Beberapa saat kemudian, sepasang suami-istri datang dengan bingkisan ditangannya.

"Ma-mamah papah."

"Orang tua lo?" Nindy hanya mengangguk pelan.

"Selamat datang" Adam dan Rakyan saling berpelukan, sedangkan istri mereka saling cipika cipiki.

"Loh, ada kamu Son"

"Iya om, apa kabar? "

"Baik, ayah sama ibumu gimana?"

"Baik ko om."

"Ayo silahkan duduk."

Baru saja Rakyan mendudukan dirinya, Nindy langsung bersimpuh dan menangis. Ia takut kalau papahnya akan marah besar kepadanya ataupun Shandy.

"Bangun sayang, kamu ga salah. Justru kami yang mau minta maaf."

"Minta maaf? Soal apa? " ucap Nindy sambil menatap papahnya bingung.

"Mereka yang jebak kita" ucap Shandy tanpa berekspresi.

Nindy menatap papahnya dan Shandy secara bergantian. Rakyan dan Adam tak heran jika Shandy tau akan hal ini, mereka tau kalau Shandy bukanlah orang sembarangan.

"Pah, jelasin semuanya."

"Sayang, Papa sama Mama cuma ingin liat kamu menikah. Dan tentang kejadian di apartemen waktu itu, itu rencana Papa sama Rakyan, mertua kamu"

"Tapi Pa, ga gini juga. Beberapa hari ini Nindy kepikiran sama karir kalian, seandainya rekan bisnis kalian tau gimana? Tapi semua nya sia-sia, kekhawatiran Nindy ga berguna. Nindy benci kalian" Nindy berlari meninggalkan rumah Shandy. Orang tua nya memang keterlaluan, bisa-bisa nya mereka melakukan hal ini.

Tiiinnnn

Nindy menoleh, sebuah mobil melakukan kencang kearahnya. Namun tubuhnya ditarik oleh seseorang dan dibawa ke dalam dekapannya. Nindy mendongakkan kepala, ia mendapati wajah datar Shandy.

"Lo mau mati? Jangan sekarang, ntar gue duda muda."

"Me-mereka jahat ka" isaknya.

"Iya gue tau. Udah yah, kita pulang."

"Ga, aku ga mau. Mereka jahat, aku ga mau ketemu mereka"

"Kita ke apartemen aku, aku udah pesen taksi online"

Tanpa mereka sadari, mereka menggunakan kata aku-kamu. Padahal awalnya mereka terlihat seperti musuh bebuyutan.

Sementara itu, dikediaman keluarga Shandy. Fajri berdecak kesal, oke ia juga menginginkan kakaknya itu cepat menikah tapi ga gini.

"Kalian tega sama bang San, cabut Fen"

"Fik, ke apartemen ka Nin yuk"

"Bentar, katanya mau bagi thr"

"Otak lo, udah ayok"

Zweitson pergi tanpa berpamitan dengan om tantenya. Ia juga kesal, ga perlu juga kan lakuin hal kayak gini? Mending terang-terangan aja mau jodohin mereka.

"Maaf, gara-gara ide konyol ku, Anak-anak malah marah"

"Ga papa Yan, lagian ini juga ide ku."



















Huft huft huft
Tiup dulu, soalnya udah berdebu.

Gimana? Pendek? Maap lah.

Kira-kira mereka masih mau lanjut ga yah?

Pak Bos Shandy [END✔|| Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang