PD || Eight

1.6K 92 0
                                    

Happy Reading~

"Ka Shan"

Shandy langsung memasukan kembali Foto tersebut saat ia tau ada Nindy didepannya. Sepertinya ia lupa kalau sekarang status seorang suami.

"Eh iya kenapa? "

"Nih aku bikinin kopi kesukaan Ka Shan, pasti cape nyuci piring" Nindy meletakkan segelas kopi dinakas.

Ntah kenapa hatinya seperti tertusuk sesuatu saat tanpa sengaja ia melihat gadis yang ada difoto tadi. Apa itu mantan kekasih Shandy atau seseorang yang spesial dihati Shandy.

"Kalau begitu saya permisi Pak" Shandy mengangkat salah satu alisnya, kenapa tiba-tiba Nindy menggunakan bahasa formal?

"Nin.... "

"Iya Pak, apa lagi yang bisa saya bantu"

"Ga cuma ngingetin aja, ini rumah bukan kantor"

"Terus? "

"Lupain, jam sebelas pokoknya lo harus udah cakep kita mau keluar"

"Ngapain? "

"Ngemis di pinggir trotoar"

Nindy membulatkan matanya, apa dia bilang? Ngemis? Aelah nih Sultan satu banyak tingkah.

"Kita mau fitting baju"

"Oh ok"

Nindy memilih berlalu. Hatinya masih terasa sakit saat mengingat kejadian tadi, dimana Shandy mengucap kata kangen ke perempuan lain. Iya, tadi Nindy denger itu.

"Gue kenapa sih" Gumam Nindy

"Masa iya gue suka sama bos gue sendiri, iya sih gue ini udah jadi istrinya tapi apa secepet ini"

"Hati sama mulut emang ga bisa diajak kerjasama ka" Ucap seorang pemuda yang kini duduk disebelah nya.

"Fajri? Ga ngampus? "

"Lupa kalo hari ini free, oh ya ka kenalin ini Fenly, Fen ini ka Nindy kakak ipar"

"Salken ka" Ucap Fenly sambil tersenyum.

"Salken too, kakak bikinin minum yah"

"Ga usah ka, kita mau kekamar Aji aja" Nindy hanya mengangguk paham.

"Inget ka, kalau cinta diungkapin aja, biar ga nyesel nantinya"

Nindy menatap punggung Fajri yang semakin menjauh. Yang dibilang adik iparnya ada benarnya juga. Tapi masa iya dia yang ngomong dulu.

"Assalamu'alaikum, Fiki yang tamvan sudah pulang"

"Waalaikumsalam, kok-"

"Kelas 12 lagi free ka, silahkan masuk ananda Zweitson Thegar"

"Gaya lo Fik"

"Soniii ya ampun gue kangen sama lo" Ucap Nindy sambil memeluk tubuh adik sepupunya itu.

"Paan sih, lo ga kangen gue. Lo kangen babuin gue kan? " Balas Zweitson sambil melepaskan pelukan Nindy.

"Tega lo ngomong gitu ke gue, eh ayo masuk, gue bikinin minum"

Fiki dan Zweitson menuju ruang keluarga. Mereka duduk lesehan di karpet yang tersedia disana.

"Gila tuh guru, ngasih taunya pas udah nyampe sekolah, ngabisin bensin tau ga? " Gerutu Fiki.

"Iya nih, dari rumah gue gugup banget gegara kesiangan eh sampe sekolah free, pengen banget gue granat mereka"

"Beli granat yok Son, lumayan kan ga ada guru"

"Lo aja, gue masih pengen pinter"

"Canda kali"

Sementara itu Nindy tak fokus membuat minuman untuk adik-adiknya. Ia masih kepikiran dengan foto yang ia lihat tadi. Sebenarnya siapa sih perempuan itu? Apa dia mantan Shandy.

"Ka udah belum"

"Eh iya ini udah"

Fiki hanya tersenyum dan mengangguk kemudian berlalu. Sebenarnya agak bingung, kenapa kakak iparnya itu tak se cerewet biasanya?

"Son, biasanya kalo Ka Nindy banyak ngelamun, kenapa?"

"Mikirin cicilan" Jawab Zweitson seenaknya.

"Cicilan apaan? " Ucap Fiki dengan wajah tanpa dosa, polos.

"Ya mana gue tau" Lebih aman menjawab seperti itu, daripada menjawab yang lain dan nantinya bakal ada pertanyaan baru yang akan dilontarkan Fiki.
















Alhamdulillah comeback lagi🎉
Jangan lupa vote yah.

See you

Pak Bos Shandy [END✔|| Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang